PWMU.CO – Siswa Mamsaka Paciran Lamongan membuat eco-enzym dengan bertema Hidup Berkelanjutan sebagai penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5P2RA), Kamis (21/9/23).
Dengan mengangkat topik Limbahmu Bahagiaku, siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Karangasem (Mamsaka) Paciran Lamongan Jawa Timur sebanyak 148 siswa dari kelas X terlibat dalam kegiatan dari Kurikulum Merdeka tersebut.
Kepala Madrasah Purwanto SPd menjelaskan kegiatan ini adalah imbas dari penerapan Kurikirum Merdeka yang dilaksakan pada tahun ini, maka seluruh kelas X yang menjadi fokus kami dalam proyek P5P2RA ini.
“Dengan pembuatan eco-enzym ini, selain mampu mengurangi sampah organik di lingkungan sekitar madrasah, juga mampu menjadi sumber pemasukan, baik itu untuk siswa, guru atau pun masyarakat nantinya,” katanya.
Dia menuturkan, dari pemanfaatan pembuatan eco-enzym ini, bisa dijadikan produk seperti sabun padat dan cair, parfum, sanitiser, pupuk dan masih banyak lagi. Yang jika dikemas dengan baik maka bisa menjadi sumber penghasilan.
“Dengan pembelajaran pemanfataan pembuatan eco-enzym ini, siswa memiliki wawasan dan pengetahuan baru bagi siswa,” ungkapnya.
Pembuatan Eco-Enzym
Fasilitator P5P2RA Mamsaka Ir Siti Muzayanah MPd mengatakan dalam pembuatan eco-enzym bahan yang digunakan harus lebih dari 5 jenis, karena semakin banyak jenis bahan yang digunakan. maka fermentasi yang dihasilkan semakin bagus.
“Selain sampah organik yang digunakan seperti daun kering, sayur busuk, rumput liar dan kulit buah. Bahan yang bisa ditambahkan untuk pembuatan fermentasi eco-enzym antara lain jeruk, jeruk nipis, jeruk lemon, jeruk bali dan juga nanas,” terangnya.
Hal ini, lanjutnya, agar nantinya fermentasi yang dihasilkan beraroma wangi. Dalam proses fermentasi eco-enzym selama 3 bulan, penambahan molase atau gula merah sebagai bahan juga sangat penting.
“Yang terpenting, ketika dalam pembuatan eco-enzym ini. Kita harus menambahkan molase atau gula merah atau biasa disebut tetes tebu. sebab nantinya molase itu sebagai sumber energi bagi mikroorganisme dalam proses fermentasi selama 3 bulan,” jelasnya. (*)
Penulis Wahidul Qohar. Editor Ichwan Arif.