PWMU.CO – Siapa sangka bahwa Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin fasih bicara soal isu lingkungan hidup. Publik juga mungkin baru tahu bahwa dia adalah Ketua Dewan Pengarah Gerakan Nasional Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi (Siaga Bumi). Dan yang terbaru, Din menjadi salah satu tokoh Muslim Indonesia yang ikut meluncurkan Interfaith Rainforest Initiative atau Prakarsa Lintas Agama untuk Pelestarian Hutan, di Oslo, Norwegia, Senin (19/6).
Kepada pwmu.co, Selasa (20/6) siang, Din Syamsuddin menyampaikan bahwa dia mendapat kehormatan berbicara pada sesi peluncuran bersama para wakil dari agama-agama lain seperti Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, dan agama tradisi. Sesi yang dipandu Bishop Gunnar Stalsett, Presiden Tokoh Lintas Agama se-Eropa dan Anggota Komite Nobel Perdamaian, berlangsung dengan penyampaian pandangan dan pesan masing-masing agama untuk pelestarian lingkungan hidup.
(Baca: Di Rusia, Din Syamsuddin Bicara tentang Kemitraan Ramah Islam)
Sebagai wakil Islam, Din Syamsuddin menyampaikan pandangan Islam tentang solusi terhadap krisis lingkungan hidup yang dianggapnya sebagai krisis moral, maka perlu diatasi dengan pendekatan nilai moral dan etika keagamaan. Menurut Din, Islam adalah “agama alam semesta” (religion of nature) sebab ada 750 ayat dalam Alquran yang berbicara tentang alam, pelestarian lingkungan hidup, dan pembangunan bumi.
“Sesungguhnya, alam itu sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Suci, mengandung kesucian dan memiliki jiwanya tersendiri,” urai Din. Kosmologi Islam menjelaskan, lanjut Din, bahwa ada korespondensi segitiga antara Tuhan-Manusia-Alam. Selain ada analogi antara manusia dan alam sebagai mikrokosmos dan makrokosmos. “Maka perlu ada harmoni dalam hubungan antara ketiganya.”
Sebagai konsekwensi logis dari pandangan teologis tadi, Islam, menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, mengajarkan manusia untuk memuliakan alam. Al-Quran menggunakan istilah thabi’ah (subjek) bukan mathbu’ (obyek) untuk alam. Menurutnya, kerusakan dan krisis lingkungan hidup dewasa ini adalah karena manusia lebih memandang alam sebagai obyek daripada subyek yang berjiwa. “Maka terjadilah eksploitasi bukan konservasi,” ujarnya.
Tentang kerusakan dan pengrusakan yang menimpa hutan-hutan penampung hujan di banyak negara termasuk Indonesia, Din mengimbau untuk segera dihentikan. “Pengrusakan itu telah berdampak pada munculnya perubahan iklim dan pemanasan global,” pesan Din.
(Baca juga: Din Syamsuddin Beri Beasiswa 4 Remaja Muslim Tiongkok untuk Belajar di Sumbawa)
Dalam pidatonya, Din juga memberi apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang memberi perhatian terhadap pelestarian lingkungan hidup dan hutan tropis. Untuk itu, menurut Din, perlu ditingkatkan kolaborasi antaragama dan antara umat beragama dengan pemerintah dalam melestarikan lingkungan hidup, khususnya hutan tropis, di Indonesia yang merupakan salah satu paru-paru dunia yang penting. Din menjanjikan akan mendorong Siaga Bumi untuk lebih aktif bergerak melakukan upaya-upaya pelestarian hutan tropis melalui program-program konservasi dan restorasi.
Acara yang bertempat di Markas Nobel Perdamaian (Nobel Peace Centre) itu dihadiri oleh Raja Norwegia, Menteri LH Norwegia, Wali Kota Oslo, dan seratusan peserta yang terdiri dari tokoh agama, ilmuan, dan aktifis LH dari berbagai negara di dunia, antara lain wakil Vatikan, Dewan Gereja Sedunia, Sekjen Religions for Peace, Norwegian Rainforest, UNDP, Parliament of World Religilns, Green Faiths, dan para tokoh LSM lingkungan hidup dunia lainnya. Dari Indonesia ikut hadir Dr Zainal Bagir (UGM), Abdon Nababan (AMAN), dan Aziz Asman (Institut Naladwipa).
Di Oslo-Norwegia, adalah kali ke-8 Din bicara soal lingkungan hidup Din. Sebelumnya dia telah berbicara dalam berbagai forum yang berhubungan dengan lingkungan hidup, yaitu:
1. World Religious Leaders Conference on Power Plant, Kyoto, 2013.
2. World Religious Leaders Summit in Environment, New York, 2014.
3. High Level Meeting of Religious Leaders on Sustainable Development, Briatol, UK, 2015.
4. Symposium on Climate Change and Global Warming, Vatikan, 2015
5. COP 21 PBB, Paris, 2015.
6. Meeting for Declaration on Islamic Climate Solution, Istanbul, 2015.
7. Conference on Religiond and Conservation, Hawaii, 2016. (MN)