PWMU.CO – Hadir di Pengukuhan PCM Sukodono, Sekretaris PWM Jatim Prof Dr Biyanto memberikan ceramah santai diwarnai humor segar.
Acara berlangsung di Pendapa Kantor Camat Sukodono, Sabtu (23/9/2023).
Hadir di pengukuhan ini 134 undangan terdiri warga Muhammadiyah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah, PDM, Camat, Polsek, Koramil, dan undangan Ormas lainnya.
Membuka ceramahnya Prof Biyanto mengatakan,”Menjadi pemimpin itu akan ’disegani’. Artinya setelah ini para undangan diberi nasi, diparingi sega. Istilah jawa disegani. Diberi nasi. Makan.” Hadirin langsung tertawa.
Prof Biyanto menyebut itulah pesan supaya Muhammadiyah dapat mengangkat kesejahteraan sosial.
Kemudian Prof Biyanto menyapa para undangan seperti Camat Sukodono, Kapolsek dan Danramil yang duduk di jajaran depan.
Menurut Prof Biyanto, dalam diri aparat keamanan itu ada darah Muhammadiyah di sana, yaitu darah Jenderal Sudirman, Panglima TNI pertama.
”Semangat membara harus seperti beliau dalam mempertahankan kemerdekaan. Hingga titik darah penghabisan,” kata Prof Bi, sapaannya.
Kemudian dia mengucapkan selamat dan semangat dalam meraih prestasi kepada pemimpin terpilih PCM Sukodono. Berharap PRM bertambah, asal bisa berprestasi.
Menurut dia, pimpinan di Muhammadiyah dan Aisyiyah setelah pensiun dari jabatan tinggi nggak ada post power syndrom.
Dia mencontohkan Prof Din Syamsuddin setelah selesai jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode, biasa saja. Bahkan saat ini menjabat sebagai ketua ranting Pondok Labu Jakarta.
Lalu Prof Bi mengutip pernyataan Prof Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah. Dia mengatakan,”Seperti tinggi ditinggikan dan sejengkal dimajukan. Tak berarti banyak, namun memiliki makna mendalam. Di manapun kita harus bermanfaat.”
Dalam pengabdian pada kepentingan masyarakat, sambung Prof Bi, harus bermanfaat dan memberi. Menggapai kepentingan umat dan tidak berharap mendapat apapun. Kecuali balasan dari Allah sesuai apa yang diamalkan.
”Ayo beramal dan beramal, ada jamaah pengajian, beramal, ada amal usaha,” ujarnya.
Dikatakan, dakwah Muhammadiyah adalah dakwah yang menyenangkan. Berdakwah lebih mencerahkan jika menyenangkan.
”Tengok sabda Nabi, permudah urusan mereka. Maka dakwah yang menggembirakan dan jangan menakut-nakuti,” katanya.
Kemudian Prof Bi bercerita saat Pak AR Fachruddin, Ketua PP Muhammadiyah, saat shalat Tarawih di Jombang di masa Gus Dur. Pak AR diminta jadi imam. Lalu bertanya kepada jamaah, shalat Tarawihnya mau 11 rakaat atau 23 rakaat. Jamaah menjawab 23 rakaat.
Saat shalat Tarawih Pak AR menjalankan secara tumakninah. Tenang dan lama. Jamaah resah karena tidak seperti biasanya shalat Tarawih yang cepat. Mereka lelah berdiri dan mulai gelisah karena waktu sudah malam shalat belum selesai.
Begitu sudah sampai delapan rakaat, Pak AR bertanya lagi kepada jamaah. ”Apakah tetap shalat 23 rakaat atau 11?” Ternyata jamaah menjawab serempak: sebelas. Maka Pak AR langsung menutup dengan shalat witir. Gus Dur tertawa sambil berkomentar jamaah satu masjid di-Muhammadiyahkan oleh Pak AR.
”Yasirru wa laa tu’assir. Permudahlah dan jangan dipersulit dalam berdakwah,” pesan Prof Bi lagi.
Dia berpesan untuk guru, harus melayani dengan tersenyum jangan dengan jurus mabuk, gara-gara gaji 10 koma. Maksudnya setelah tanggal 10 gajinya habis dan guru menyampaikan materi seenaknya.
Kemudian dia bercerita tentang perkembangan Muhammadiyah di luar negeri. Dari data muhammadiyah.or.id, organisasi Muhammadiyah ada di 30 negara, ada Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah-Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah.
Salah satunya di Santiago, markas Real Madrid, Spanyol. Di dekat kota ini, di daerah Alcala ada bekas masjid zaman keemasan Islam Andalusia yang kini menjadi gereja. Gereja itu sekarang kosong. Kiai Saad Ibrahim dan Dr Sukadiono memberi inspirasi mencoba terobosan amal usaha yang bisa dikembangkan di luar negeri berencana membeli gereja itu.
Kemudian Prof Bi juga membahas Krismuha. Kristen Muhammadiyah. Mereka adalah mahasiswa Kristen yang kuliah di Universitas Muhammadiyah terutama di daeran NTT dan Papua. ”Para mahasiswa ini dijamin tidak akan dipaksa bermuhammadiyah jika mereka tidak mau,” ujarnya.
Kemudian dia berpesan dengan mengutip surat al-Hasyr: 11. ”Kelihatan mereka bersatu, tetapi hatinya bercerai-berai. Jangan lakukan itu tidak boleh terjadi di Muhammadiyah,” tandasnya.
Penulis Dian R. Agustina Editor Sugeng Purwanto