Marketing Politik
Ari lantas menerangkan marketing politik. Marketing atau pemasaran politik adalah
serangkaian aktivitas secara terencana, strategi, dan taktis. Jika ibu-ibu masuk ke dalam lingkungan menengah ke bawah maka tampillah dengan sederhana dalam penampilan, bahasa, dan sikap.
Sebarkan makna politik kepada pemilih untuk menyukseskan kandidat atau parpol dengan segala aktivitas politik yang dilakukan dengan pendekatan metode (marketing).
Oleh karena itu, lanjutnya, maka unsur politik harus memenuhi empat poin unsur marketing, yaitu:
- Produk (product) bermakna partai, kandidat, dan gagasan partai yang akan disampaikan pada konstituen.
- Promosi (promotion) berupa periklanan, kehumasan partai yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
- Harga (price) menyangkut nilai seorang kandidat atau parpol di mata masyarakat.
- Penempatan (place) sangat berkaitan dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dengan kemampuan berkomunikasi dengan pemilih.
Menjawab pertanyaan peserta tentang bagaimana cara mem-branding diri, Ari menerangkan dua langkah yakni:
Pertama, dalami visi misi partai. Keberpihakan pada keadaan sekitarnya. Persoalan yang dihadapi masyarakat. “Jika daerah sekitar Anda banyak rentenir maka Anda harus hadir untuk ikut menyelesaikannya. Itu yang Anda jual,” ujarnya.
Kedua, buat relawan. Dia menawarkan, “Ibu-ibu setiap hari cari orang lalu kontrol dan rawat dengan baik.”
Dia juga mengusulkan mengmbil aspirasi konstituen baik segmen remaja, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan lainnya. Menurutnya, perilaku pemilih mencerminkan pola tindakan memilih atau kecenderungan afiliasi politik. Aribowo lalu menyodorkan tiga teori yaitu pendekatan sosiologi, psikologi, dan rasional.
“Jangan berputus berhapan dengan apapun. Jangan takut ada Allah. Jangan benci pada siapapun. Jangan merasa paling benar. Luruskan masyarakat dengan pelan-pelan,” pesannya menutup mater pukul 20.30 WIB. (*)
Penulis Izza El Mila Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post