Siswa Smala Dukun pun Gugup saat Upacara Pakai Batik; Liputan Nur Halisa
PWMU.CO – Pemandangan serba batik terlihat sejak Senin (2/10/23) pagi di SMA Muhammadiyah 5 (Smala) Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) di Smala hari ini berbeda dari biasanya karena seluruh warga sekolah, mulai dari para guru, karyawan, dan siswa kompak mengenakan batik khas Nusantara. Menurut Kepala Smala Agus Muhammad Hasbi SP, ini adalah kali pertama Smala ikut memperingati Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober.
“Sejak saya bergabung dengan Smala, ini adalah pertama kalinya kita memperingati Hari Batik Nasional, setelah sekian lama akhirnya peringatan ini bisa terlaksana. Saya tidak menyangka bahwa bapak ibu guru dan juga anak-anak begitu antusias menyemarakkan hari batik ini,” tuturnya.
Salah satu siswa kelas XII-MIA, Restu Fajar Pratama, mengungkapkan ini adalah tahun paling menyenangkan baginya. “Ketika saya dapat informasi dari grup WhatsApp kelas hari Senin kita disuruh pakai batik untuk peringatan Hari Batik Nasional. Aaya langsung excited,” ujarnya.
Jadi, lanjutnya, saya dan teman-teman sekelas heboh memilih batik mana yang cocok kita kenakan hari ini. Momen seperti ini tidak akan pernah kita lupakan mengingat tahun ini adalah tahun terakhir saya bersama teman-teman di Smala. Tahun depan kita sudah lulus,” ujarnya.
Upacara Bendera Pertama dengan Kostum Batik
Agenda rutin di Smala setiap Senin adalah upacara bendera. Seperti biasa upacara dimulai pukul 06.45 WIB dengan petugas upacara dari kelas XI-1. Namun, ada hal menarik di sini yaitu seluruh peserta maupun petugas upacara kompak mengenakan batik. Dengan memakai bawahan abu-abu, para siswa Smala terlihat begitu sumringahmengikuti jalannya upacara.
Bagus Pribadi Pradana, siswa kelas XI-1 yang ikut menjadi petugas upacara menyampaikan rasa gugupnya selama upacara berlangsung. “Jujur saja, saya merasa gugup. Padahal upacara seperti ini kan memang rutin kita lakukan, hanya saja kali ini sensasinya agak berbeda, mungkin karena ini hari istimewa dan kita juga memakai batik, karena biasanya kita pakai seragam putih abu-abu jadinya sekarang agak gugup, deh!” tuturnya.
“Tapi Alhamdulillah karena saya dan teman-teman berhasil menjalankan tugas sebagai petugas upacara dengan baik, jadi semua rasa gugup yang kami rasakan terbayar dengan tepuk tangan dari seluruh peserta,” sambungnya.
“Kami berharap anak-anak sekalian merasa bangga mengenakan batik, tidak perlu malu. Batik adalah warisan budaya dan juga identitas negara kita. Jangan sampai batik hilang dari diri kita karena dengan batik kita bisa menyatukan budaya Indonesia yang begitu beragam. Semoga di tahun yang akan datang kita bisa bertemu lagi dengan peringatan hari batik nasional,” ungkap Fazri SAg, pembina upacara.
Setelah upacara selesai, seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing dan kegiatan belajar mengajar berlangsung seperti biasa. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni