الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Jamaah Salat Idul Fithri yang dimuliakan Allah swt.
Ini adalah kesempatan yang berharga dan bersejarah bagi umat Islam sedunia merayakan Idul Fithri yang menurut banyak ulama dan intelektual muslim disebutnya sebagai Hari Kemenangan, Hari Kembali ke Fithrah (Jatidiri) Manusia, Kembali ke Kesucia, dan sebutan lain yang menggambarkan keunggulan martabat umat Islam dan peneguhan kembali identitas hamba Allah;
(Baca:Khutbah Idul Fitri PWM Jatim: Berhari Raya tanpa Ber-Idul Fitri)
Gambaran demikian sangat logis dan ilmiah karena selama sebulan sebelumnya di bulan Ramadhan umat Islam diwajibkan berpuasa, berzakat fithrah, dan amalan-amalan sunnah lainnya, seperti salat Tarawih, memperbanyak tilawah atau tadabur al-Qur’an, menggiatkan bersedekah, dan membantu buka puasa kepada saudara-saudara kita, terutama yang kekurangan. Sebulan penuh itu kita kerap diingatkan ayat Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS al-Baqarah: 183)
Takwa menjadi kata kunci dalam semua bentuk ibadah kita kepada Allah swt, termasuk dalam ibadah puasa dan amalan-amalan lain yang menyertainya. Pertanyaannya adalah apakah pendidikan dan latihan selama Ramadhan itu akan menjadi kebiasaan hidup keseharian kita di bulan-bulan mendatang?.
(Baca juga: Khutbah Idul Fitri di UMM: Karakter Muttaqien untuk Indonesia Bermartabat)
Sudah selayaknya kita meneruskannya menjadi tradisi gemar beribadah, seperti puasa-puasa sunnah (Senin-Kamis, Puasa Daud, Puasa Yaum al Bid tanggal 1, 14, dan 15 bulan-bulan Hijriyah), salat malam, gemar berinfaq dan menolong sesama. Allah menggambarkan mereka yang tidak bisa menjaga kelanjutan amal-amal salihnya bagaikan mengurai kembali pintalan benang yang sudah rapi.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا …
Dan janganlah kamu seperti orang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali… (QS an-Nahl: 92)
Selanjutnya Baca Hal 2