Penguasaan Komunikasi
Menyoroti soal attitude guru di kelas, Aida berkata, “Nek ngulang wes iso ngguyu po durung? Yang simetris kanan kiri ya senyumnya, jangan panjang atau tinggi sebelah.” Hadirin pungerrr.
Setelah penguasaan metode adalah penguasaan komunikasi dalam pembelajaran. Dia menyarankan bahwa guru itu harus punya catatan kecil dan pensil untuk mencatat apa saja yang sudah diajarkan dan dikerjakan anak untuk mempermudah pembuatan profil anak.
Aida juga mencontohkan, guru harus memahami indikator kesiapan belajar anak yang meliputi atensi-persepsi-memori, pemahaman instruksi (komunikasi verbal/non verbal), kemandirian, kemampuan imitasi, pengendalian emosi (mampu menunggu giliran, sabar, dsb), dan kemampuan motorik.
Dia mengingatkan, guru ke sekolah hendaknya sudah meninggalkan semua permasalahan di rumah agar di sekolah tampak cerah dan ramah sehingga anak nyaman dan bahagia. “Di sekolah Aisyiyah tidak boleh hanya di tahun ajaran baru , tapi harus setiap saat terasa menyenangkan. Karena kita sudah berjanji dengan ‘radhitubillahirabba wabilislamidina‘,” terang perempuan asli Malang ini.
Menanggapi persoalan anak berkebutuhan khusus dan istimewa, Aida memberikan kunci keberhasilan menangani kasusnya dengan lima bahasa cinta. Pertama, berikan kata-kata penuh cinta dan perhatian kepada anak (word of affirmation). Kedua, sentuhan (physical touch).
“Lalu berikan hadiah (receiving gift) sebagai bentuk penghargaan, memberikan waktu yang berkualitas (quality time), dan terakhir pelayanan (act of service),” jelasnya.
Menutup sesinya, Aida berharap semuanya dapat dilaksanakan dan menjadi perhatian bersama. “Hal l-hal kecil itulah yang menjadi catatan kita semua agar bagaimana amal usaha Aisyiyah (AUA) betul-betul berbeda. Dan mari kita sukseskan program PP agar terwujud AUA berkemajuan,” pungkasnya. (*)
Penulis Nurul Hidayah Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni