Amir Timur Lenk sang Kekuatan dalam Keadilan, Oleh Oleh Dr Amirsyah Tambunan, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Rombongan Muihabh MUI di Uzbekistan
PWMU.CO – Setiap tokoh ada zamannya, setiap zaman ada tokohnya. Itulah yang melakat pada Amir Timur Lenk yang dikenal sebagai Timūr Gurkānī atau Timur Lenk. Dia seorang penakluk dan penguasa Islam Sunni keturunan Turki-Mongol dari Asia Tengah abad ke-14. Temur Leng yang lahir 9 April 1336 di Shahrisabz, Uzbekistan, itu wafat Februari 1405.
Selama hampir sepekan berkunjung di Kota Tasken, Samarkan, dan Uzbekistan, nama Temur Leng tak pernah sepi dari perbincangan 52 anggota rombongan yang berkunjung ke Museum Timur Lenk Ahad (30/9/23). Salah satu nilai yang ditanamkan Timur Lenk: Strengths in Justice (Kekuatan dalam Keadilan), yang tertulis di patung Timur Lenk. Ide dan gagasannya tentang keadilan menjadi kekuatan dalam berbagai aspek kehidupan seperti bidang hukum, ekonomi, politik, sosial, pertahanan-keamanan, dan lain-lain.
Untuk itu kemajuan yang dicapai Uzbekistan saat ini merupakan bagian dari perjalanan panjang dan tokoh sentral yang menjadikan Samarkand tetap terkenal di abad pertengahan hingga kini. Timur Lenk bagaikan “Alexander Agung” karenanya tidak berlebihan Timur Lenk dikenal sebagai seorang panglima perang yang gagah perkasa karena berani melawan kezaliman untuk menegakkan kedaulatan negaranya.
Bayangkan kekuasaannya melingkupi hampir seluruh Asia Tengah, Barat, dan Selatan. Secara geografis letaknya strategis lalu Timur Lenk membuat Samarkand sebagai ibukota kerajaannya.
Kejayaannya tidak hanya mengumpulkan arsitek-arsitek kenamaan untuk membangun dan memperindah Samarkand, akan tetapi, Timur Lenk juga menguasai 27 negara menjadi pusat kota di Samarkand. Temur Leng pernah mengatakan: “Jika Anda ingin melihat kejayaan dan kehebatan kami, datanglah ke Kota Samarkand.”
Kami menyaksikan kehebatan dan keindahannya melalui mata dan jiwa kami. Dialah tokoh paling terkenal dari Samarkand hingga saat ini. Dari 52 pengunjung menyaksikan Timur Lenk dan putra mahkota beserta anggota kerajaannya di museum Timur Lenk yang terbuat dari pahatan halus batu onyx berwarna-warni mengkilat.
Di sini sepupu Nabi Muhammad SAW juga dimakamkan yakni Qusam ibn Abbas atau Shakhi-Zinda yang di kenal sebutan “Raja yang masih hidup” yang letaknya berada di atas bukit dan terdiri dari berbagai museum yang bangunannya masih tertata dengan rapi seperti kota kecil di atas bebukitan menjadi daya tarik bagi kami sebagai pengunjung. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni