Gandeng Produsen Batik, Siswa SD Muhasa Praktik Membatik

Gandeng Produsen Batik, Siswa SD Muhasa Ngawi Praktik Membatik di halaman sekolah (Siyam Supiah/PWMU.CO)
Gandeng Produsen Batik, Siswa SD Muhasa Ngawi Praktik Membatik di halaman sekolah (Siyam Supiah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Gandeng produsen batik, Siswa SD Muhammadiyah 1 (SD Muhasa) Ngawi Jawa Timur praktik membatik, Senin (2/10/2023).

Hari itu, halaman SD Muhasa Ngawi dipenuhi jemuran kain batik. Sebanyak 72 lembar kain tersebut adalah hasil karya siswa.

Sekolah menggandeng produsen batik asli Ngawi yakni Enjang Pelangi yang beralamatkan di Desa Sambiroto, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi.

Kegiatan dibagi menjadi 3 titik sesuai jenis teknik membatik. Kelas 1 dan 2 membuat batik ecoprint teknik pounding bertempat di kantin ceria sekolah. Siswa menjiplak dedaunan yang dibawa dari rumah pada kain berukuran sapu tangan.

Kelas 3 dan 4 membuat batik shibori, sebuah seni membatik dengan teknik melipat dan mencelup warna. Siswa melipat kain berukuran taplak meja, kemudian pewarnaan dan fiksasi di halaman parkir sekolah.

Sedangkan kelas 5 dan 6 membuat batik teknik cap di halaman sekolah. Siswa melukis warna pada kain yang sudah dicap menggunakan lilin. Saat memberi warna diperlukan kesabaran dan ketelatenan supaya warna dapat menyatu sempurna, tidak belang.

Setelah kain kering, proses selanjutnya adalah fiksasi untuk mengunci warna. Kemudian pelorodan, yaitu merebus kain untuk melunturkan lilin pada kain. Selanjutnya dicuci bersih dan dikeringkan.

Siswa Menikmati Proses Membatik

Proses membatik selama 4 jam betul-betul dinikmati oleh anak-anak yang juga mengenakan pakaian batik. Ajeng Estu, pemilik Enjang Pelangi bersama 8 anggotanya mendampingi anak-anak dengan telaten.

Archiles Keenand siswa kelas 6 Robiah Al Adawiyah menyampaikan kegiatan membatik ini adalah pengalaman pertama. “Baru tahu proses membuat batik, biasanya tinggal pakai saja,” ucap Kennand, panggilan akrabnya.

Selain seru, Keenand menyampaikan bahwa saat membatik diperlukan manajemen emosi yang baik. “Saat mbatik itu ngga boleh emosi atau marah. Nanti batiknya ngga jadi. Bisa-bisa warnanya meluber kemana-mana,” ucapnya serius.

“Kalau mau belajar sabar, kayaknya membatik bisa jadi pilihan selain memancing,” tambahnya berseloroh diiringi tawa lebar.

Kegiatan praktik membatik ini dilakukan anak-anak dalam kelompok. Kekompakan anggota kelompok juga menjadi kunci suksesnya proses membatik.

Ditemui di tempat terpisah, Kepala SD Muhasa Ngawi Joko Santoso SPd menyampaikan, kegiatan ini selain dalam rangka peringatan hari batik juga merupakan salah satu upaya pelaksanaan kegiatan belajar yang menyenangkan.

“Hari ini anak-anak tidak belajar di dalam kelas, tapi bukan berarti tidak belajar. Hari ini anak-anak belajar budaya warisan luhur langsung dengan ahlinya,” ucapnya.

Katanya, kegiatan ini juga selaras dengan dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu berkebinekaan global dan gotong royong.

Joko -panggilan akrabnya- juga menyampaikan harapan sekolah yang tertuang dalam tema kegiatan.

“Sesuai dengan tema yang diusung, Nguri-uri Ambatik Warisaning Jawi, kami berharap anak-anak bisa menjadi generasi yang bangga dan senantiasa melestarikan budayanya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan anak-anak kita, siapa lagi?” ucapnya tegas. (*)

Penulis Siyam Supiah Editor Nely Izzatul

Exit mobile version