Guru SD Muhasa Ajari Bikin Big Book, Peserta Ketagihan

guru sd muhasa
Emi, peserta, mempraktikkan penggunaan Big Book pada pelatihan literasi. (Siyam/PWMU.CO)

PWMU.CO – Guru SD Muhasa (SD Muhammadiyah 1) Ngawi menjadi narasumber pelatihan literasi di SD Plus Darussalam Kecamatan Geneng.

Dua guru SD Muhasa itu Bida Dwi Royani dan Siyam Supiah. Keduanya anggota fasilitator daerah (fasda) literasi Ngawi.

Acara dilaksanakan selama dua hari Senin sampai Selasa (25-26/9/2023). Kegiatan yang diikuti wali kelas 1 sampai 6 itu bertempat di ruang kelas 3A dan 3B SD Plus Darussalam.

Kepala SD Plus Darussalam, Havid Fuadin Al Kholidi SPdI, menyampaikan sekolahnya ingin serius menerapkan literasi sekolah.

”Literasi ini menjadi fondasi terlaksananya kurikulum merdeka. Kalau literasi ini nanti bisa berjalan dengan baik, saya yakin kegiatan pembelajaran juga akan berjalan dengan baik,” katanya saat sambutan pembukaan.

Havid menyampaikan, sebelumnya telah melakukan studi banding ke SD Muhasa Ngawi beberapa waktu yang lalu.

Ia mengajak seluruh guru dan karyawan untuk melihat langsung kondisi SD Muhasa dan belajar banyak hal. Salah satunya adalah melihat praktik literasi di setiap kelas.

”Pelatihan literasi ini adalah tindak lanjut dari kegiatan studi banding kami sebelumnya. Kami ingin lebih dalam memahami praktik literasi. Sehingga kami meminta bantuan SD Muhasa untuk hadir ke sekolah kami,” terangnya lebih lanjut.

Koordinator Daerah (Korda) Literasi Kabupaten Ngawi, Syaiful Husna, juga turut serta dalam kegiatan tersebut.

Bida sapaan Bida Dwi Royani menyampaikan materi fokus pada dasar literasi dan 4 keterampilan literasi.

“Sesuai permintaan dari Pak Havid, kami diminta menyampaikan praktis 4 keterampilan literasi. Namun setelah berdiskusi dengan Bu Upick, kami menambah materi dasar literasi. Sehingga teman-teman Darussalam bisa lebih memahami tujuan belajar literasi” ucapnya.

Pada hari pertama, Linda salah satu peserta menyampaikan kesannya. “Saya seperti mendapat harta karun. Selama ini kami kekurangan sumber bacaan. Ternyata ada banyak sumber bacaan digital sebagai variasi sumber bacaan fisik,” ucapnya berbinar.

“Padahal selama ini kami juga selalu berkutat dengan gadget, tapi kami baru tahu sekarang,” lanjutnya bahagia. Bacaan digital yang dikenalkan seperti let’s read dan literacy cloud.

Pada hari kedua peserta fokus membuat media literasi big book. Big book adalah buku besar yang biasa digunakan untuk media belajar membaca maupun media pembelajaran di kelas. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Seluruh peserta mengaku membuat big book adalah pengalaman pertama yang menyenangkan.

“Capek tapi nagih,” ungkap Dea saat ditanya perasaannya. “Waktu membuat big book cuma sehari, coba kalau berhari-hari, kan seru!” tambah Sifak yang terdapuk menjadi ilustrator di kelompoknya sambil tertawa.

Penulis Siyam Supiah   Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version