Generasi Pesolek dan Gengsi
Pada sisi yang lain pakar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) Prof Bagong Suyanto mengatakan, saat ini memang banyak orang, termasuk generasi muda, yang ingin sukses dan kaya dengan cara instan. Mereka mengutamakan gengsi, sehingga berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat mewah dan eksklusif.
“Ada begitu banyak orang yang memilih jalan pintas untuk meraih status crazy rich. Di masyarakat yang masuk ke dandy society (masyarakat pesolek), mereka ini memang mengedepankan penampilan luar. Akibatnya, banyak orang yang mengejar uang dengan cara-cara yang instan,” ujar dia.
Namun, cara instan yang ditempuh tidak selalu legal dan halal. Mereka bahkan rela melakukan kejahatan atau merugikan orang lain demi meraup harta. Motivasinya semata-mata untuk kebanggaan diri. “Tentu (tujuannya) pride, meskipun palsu,” tutur Prof Bagong.
Kondisi tersebut diperparah dengan maraknya konten hedonisme yang menjamur di media sosial. Ramainya konten-konten semacam itu dipicu oleh sikap masyarakat yang memang tertarik dengan tayangan-tayangan tersebut. Maka, tidak kaget jika crazy rich kerap kali memamerkan barang-barang mewah ataupun perilaku hedonisme di dalam media sosialnya. Padahal, konten-konten dengan karakteristik hedonisme itu dapat melahirkan kecemburuan sosial.
“Tetapi, kan masyarakat sendiri juga suka dengan konten itu. Jadi pasti dimanfaatkan oleh mereka (crazy rich) untuk produktif membuat konten pamer kekayaan seperti itu. Malahan kalau pamer kekayaan tambah wah, makin menarik menurut mereka. Ya itulah yang namanya fenomena The Dandy Society atau masyarakat pesolek. Di mana masyarakat tersebut lebih menghargai penampilan fisik seseorang dibandingkan pendidikannya,” ujar Prof Bagong.
Bagong menilai, kemewahan crazy rich yang dipamerkan melalui ruang publik media sosial itu tujuannya untuk membangun brand image. Namun, sikap mereka di media sosial tersebut berimbas kepada masyarakat yang mengonsumsi kontennya. Mereka, terutama anak muda yang secara pemikiran dan mental belum matang, jadi berangan-angan untuk menjadi crazy rich. Akhirnya, mereka ingin cepat kaya dengan mengambil jalan pintas.
“Dampaknya, masyarakat jadi punya mimpi-mimpi. Tapi masalahnya, bagaimana cara masyarakat menggapai mimpi itu. Bisa dengan cara yang positif, atau malah sebaliknya,” tuturnya.
Dia tidak mempermasalahkan para crazy rich membuat konten pamer-pamer harta. Asalkan tujuannya adalah untuk hiburan saja. Jadi, bukan mendorong untuk ditiru. “Jangan sampai timbul kecemburuan sosial di lingkungan masyarakat apalagi sampai melakukan hal-hal yang kontraproduktif,” tegasnya.
Baca sambungan di halaman 2: Generasi Pesolek dan Gengsi