PWMU.CO – Persahad SD Musix dimeriahkan Tari Wonderland. Kegiatan dilaksanakan di halaman sekolah pada Sabtu (30/9/23).
Tari Wonderland memeriahkan malam inagurasi SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya saat Perkemahan Sabtu Ahad (Persahad).
Kegiatan Pandu Hizbul Wathan (HW) yang dilaksanakan baru pertama di sekolah ini diikuti siswa kelas V dan VI. Lebih dari 200 siswa tingkat pengenal da 13 pembina HW serta 7 guru pendamping mengikuti acara ini.
Berbagai agenda yang disuguhkan setelah acara pembukaan, yaitu penjelajahan, api unggun, inagurasi, jurit malam, ESQ, dan outbound. Dari rangkaian kegiatan tersebut, acara yang menarik bagi 16 kelompok adalah acara api unggun dan inagurasi yang digelar setelah shalat isya. Di sana mereka mengeksplor kreativitas setiap kelompok.
Selesai makan malam dan shalat isya berjamaah para peserta Persahad dikumpulkan kembali di halaman untuk acara api unggun dan inagurasi.
Tumpukan bahan api ungguh telah disiapkan di tengah-tengah lapangan. Para peserta, pembina, dan pendamping duduk melingkar mengelilingi tumpukan bahan api unggun.
Menjelang acara api unggun dimulai, Anggi Putri Ramadhani mengingatkan bahwa api unggun bukan untuk disembah, apalagi didewakan, api unggun hanya lambang untuk memeriahkan acara inagurasi.
Tumpukan bahan api unggun yang terdiri dari kayu-kayu dan bambu kering siap dinyalakan. Lampu penerangan acara itu sengaja dipadamkan.
Sebelum api unggun dinyalakan, sekelompok peserta yang berjumlah 10 anak masing-masing membacakan undang-undang janji pandu HW. Jika disatukan, janji itu menggambarkan kebhinekaan, persatuan, kepedulian, dan keikhlasan dalam beramal.
Terkenang Masa Kecil
Setelah 10 undang-undang dan janji dibacakan, suasana menjadi hening dalam gulita. Imam Masyhuri ST selalu pembina upacara menyalakan api unggun. Tak berlangsung lama, api unggun menyala sampai membuat beberapa anak histeris melihat api sangat terang. Kaur Sumber Daya Insani (SDI) itu kemudian didaulat memberikan sambutan.
“Anak-anakku, dalam kesunyian malam dengan penerangan sinar api unggun ini, mengingatkan saya pada masa kecil. Pada waktu saya mengikuti acara perkemahan. Saya berangkat membawa kompor, panci dan peralatan memasak sendiri,” katanya.
Selanjutnya dia menceritakan bahwa api itu adalah barang yang tidak layak dan tidak pantas disembah, seperti orang majusi yang menyembah api, menurut logika orang awam pun, api itu tidak pantaslah disembah apalagi didewakan.
“Api itu lho sebelumnya tidak ada, menyalakannya pun butuh disulut, lha kok mau disembah, ya nggak pantaslah disembah,” Imbuhnya.
Pada saat api unggun sudah menyala terang dilanjutkan acara inagurasi.
“Masih semangat semua..!!” teriak lantang Novita Syafira memecah kesunyian yang hening.
“Semangat…..!” seru para peserta
“Mana semangatmu!” Pancing Syafira panggilan akrabnya
“Ini semangatku..! Balas sempak para peserta sambil mengerakkan tangannya di depan dada.
Tari Wonderland di Pentas Seni
Selanjutnya gadis berperawakan mungil itu memandu acara inagurasi. Pada sesi ini seluruh kelompok wajib menampilkan kebolehannya. Masing-masing kelompok pun tidak menunggu urutan untuk tampil.
Urutan pertama tampil adalan kelompok Melati yang membawakan tari Manuk Dadali dipadukan dengan gerakan semapur, tampilan yang pertama ini mendapatan sambutan tepuk tangan meriah.
Berbagai tampilan telah disuguhkan dari masing-masing kelompok. Di samping menari juga ada tampilan drama Bawang Merah dan Bawang putih seperti yang di bawakan kelompok putri Dandelion, juga ada yang berbalas pantun.
Dari 16 kelompok, ada dua kelompok yang sangat menarik perhatian, masing-masing dari kelompok putra dan putri. Tari kewer-kewer dari kelompok putra, dibawakan dengan gerakan yang lucu hingga mengocok perut penonton.
Di samping gerakan lincah, juga semua mengenakan kacamata warna hitam. Mereka adalah Rusdion Muhammad Aminrazafi (VI-A), Arfa Zein Amrullah (VI-B), M. F, Adriano Ronaldo (VI-B), Faqih Kaffa R. (VI-A), dan M. Qory furqon (VI-B), yang seluruhnya dari kelompok buaya.
Penampilan heboh lain dari kelompok putri yang menamakan diri Matahari. Berasal dari kelas V-C, mereka membawakan tari kreasi baru dengan iringan lagu Wonderland Indonesia. Selama penampilan tim ini mendapat sambutan meriah, baik dari teman-teman maupun para pembina.
Kain Motif Batik
Di samping mengenakan seragam HW, kelompok ini melengkapi diri dengan kain motif batik yang diikatkan di pinggangnya. Sekalipun motifnya berbeda, tetapi tetap menarik.
Mereka itu adalah Hamidah Abdullah, Aqilah Khanza Mahira Ahfazhani, Nailah Ambil Ramadhani, dan Ismiyatul Sinilah. Juga ada Naura Assyabiya Syauqiya, Fadwa Zada, Kania Adella Khoirunnisa, Chanaya Ara Zahira, Novita Syafira, dan Anggi Putri Ramadhani.
“Mamanya ndak pernah tahu latihannya. Tahunya hanya dia izin pulang terlambat mau latihan sama teman. Bahkan libur hari Rabu kemarin pun, masih latihan di rumah Chanaya,” kata Kalina Maisari, orangtua Naura Assyabiya Syauqiya menyaksikan tampilan tim anaknya.
Tampilan demi tampilan telah dipentaskan di ajang inagurasi, tanpa terasa empat jam mereka beradu keterampilan bidang seni, yang bersamaan dengan memudarnya api unggun.
Acara pun diakhiri untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak beristirahat, karena masih ada kegiatan di esok hari. (*)
Penulis Basirun. Editor Darul Setiawan.