PWMU.CO – Ke mana arah kebijakan Muhammadiyah Gresik? Hal ini terungkap pada Capacity Building yang diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik di Hall Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik.
Jajaran pimpinan harian menyampaikan program-programnya. Sekretaris PDM Gresik Yusuf Diachmad Sabri ST MBA mendapat giliran pertama berbicara.
“Ada dua program yang dimiliki PDM, yaitu program umum dan program per bidang. Program per bidang akan dijelaskan nanti oleh masing-masing wakil ketua bidang,” terang Sabri.
Dia lantas menguraikan empat program umum PDM Gresik. Pertama, penguatan ideologi dan organisasi. Kedua, penuntasan Warga Muhammadiyah berbasis cabang dan ranting. Ketiga, pengolahan data base masjid dan musholla, seperti jumlah jamaah, keuangan global, capaian dan problem dalam pemakmuran. Terakhir, perbaikan sistem informasi komunikasi dalam pengolahan isu.
Dalam materinya, Sabri juga menyampaikan, “Jika kita merasa menjadi bagian dari persyarikatan, maka seharusnya yang kita ikuti adalah kaidah-kaidah yang dibuat oleh Muhammadiyah.”
Dia menekankan, yang membuat aturan adalah pimpinan pusat. “Tdak boleh pimpinan cabang atau ranting membuat kaidah sendiri atau aturan sendiri,” tuturnya, Sabtu (7/10/2023).
Tujuannya, sambung Sabri, antara PDM dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kabupaten Gresik sejalan, seirama, dan sehaluan.
Harta Kekayaan Muhammadiyah
Selanjutnya, Bendahara PDM Kabupaten Gresik Kiswanto SPd MM menyampaikan, “Ketika kita ditunjuk menjadi pimpinan di persyarikatan, baik itu di pimpinan daerah, cabang, ranting, lembaga, dan amal usaha Muhammadiyah (AUM), maka harta kekayaan Muhammadiyah yang kita olah hari ini adalah milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah bukan milik kita sebagai pimpinan, apalagi milik pribadi.”
Tidak hanya membahas tata kelola keuangan, Kiswanto juga menyampaikan potensi sumber pendanaan Muhammadiyah Kabupaten Gresik di hadapan seluruh jajaran pimpinan di PCM se-Kabupaten Gresik.
“Muhammadiyah Gresik ini yang memiliki NBM ada sekitar 10 ribu sekian warga Muhammadiyah. Pernah saya temukan warga Muhammadiyah berNBM tersebut melaksanakan iuran Rp 10 ribu perbulan. Jika dikalikan, maka dalam satu bulan kita bisa mengumpulkan Rp 100 juta Perbulan,” ungkapnya.
Dari situ, lanjut Kiswanto, bisa dilihat Muhammadiyah ini akan semakin mudah menjalankan dakwah. “Karena selain keikhlasan dan kejujuran, dakwah juga membutuhkan dana,” tambahnya.
Kiswanto juga menyampaikan betapa pentingnya menyusun Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Muhammadiyah (RAPBM). “RAPBM sangat penting untuk mengukur kekuatan pendanaan, mengukur fokus biaya pada tujuan, dan evaluasi daya serap anggaran. Ini berlaku di PCM juga,” tegasnya. (*)
Penulis Risma Wahyuni Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni