PWMU.CO – Ketua PWM Jawa Timur Dr dr H Sukadiono MM mendapat julukan baru, yakni Buya Dion disampaikan dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PWM Jawa Timur, Sabtu (7/10/2023).
Acara yang digelar di Aula Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jatim ini diikuti 176 peserta utusan LDK se-Jatim.
Ceritanya bermula saat master of ceremony (MC) pembukaan Rakorwil Marlichah Siti kurang benar saat menyebut nama Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim 2022-2027 itu. MC menyebut Dr dr H Sudiono MM, seharusnya Dr dr H Sukadiono MM.
Lalu saat Ketua LDK Jatim H Ahmad Tholhah MAg memberikan sambutan mengawalinya dengan memohon maaf karena anak buahnya salah menyebut nama sang ketua. Selanjutnya dengan nada bercanda Tholhah mengucap Buya Dion untuk Dr dr H Sukadiono MM disambut riuh dan tepuk tangan seisi aula.
“Mulai saat ini Bapak Ketua PWM Jatim kita panggil Buya Dion, bagaimana sepakat hadirin?” tanyanya retoris. Lalu hadirin mengiyakan lantas riuh suara aplaus.
Saat Ketua PWM dapat giliran pidato, dia mengawali dengan mengucap terima kasih atas julukan baru itu. Kemudian suami Dra Hindajati MPd memasang wajah semringah membahas hal julukan barunya itu.
“Terkait celukan ra popo Buya Dion. Monggo saja. Sakjane celuk Cak Su ya ra popo, saya kan orang Jombang, Cak lebih tepat,” ujar ayah tiga anak yang lahir Jombang, 18 Desember 1968 itu sambil tersenyum.
‘Buya Dion’ kemudian menyampaikan perasaannya pagi itu, bahwa dirinya bersyukur dan berterima kasih kepada tim LDK Muhammadiyah se-Jawa Timur lantaran hadir pada acara tersebut. Dia berharap kegiatan dapat merumuskan program kerja yang baik.
“Saya bersyukur suasana menggembirakan. Memang tidak boleh dakwah komunitas itu tegang,” sanjung dokter lulusan FK Unair itu.
Ditambahkan, dia mengungkap kepribadian Muhammadiyah yang mendefinisikan persyarikatan sebagai gerakan Islam. Gerakan Islam dimaksud adalah gerakan dakwah amar makruf nahi Mungkar.
“Ada dakwah bersifat individual dan ada dakwah bersifat kemasyarakatan. Kalau ke individu adalah himbauan, kalau ke komunitas adalah pembinaan dan bimbingan,” terang Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Dia mengutip Quran Surat an-Nahl 125, yaitu Ajaklah manusia ke jalan Tuhan dengan bijaksana yaitu memahami kultur kondisi, dengan nasihat yang baik.
“Ini yang kalau dalam ilmu komunikasi dikenal dengan komunikasi dakwah,” katanya.
Dakwah Komunitas
dr Suko mengatakan dakwah bukan hanya kemampuan bicara. Mereka harus punya speaking skill, disamping juga ada listening skill, yang juga aspek komunikasi dakwah.
“Yakni mendengar permasalahan yang sedang terjadi. Kemudian aspek reading dan observing skill. Itu menjadi aspek penting dari komunikasi dakwah,” terangnya.
Dia menuturkan, orang Muhammadiyah dikatagorikan orang terdidik. Ini sama sekali tidak terkait gelar seseorang. Artinya orang Muhammadiyah bila ada masalah tidak mempermasalahkan masalah. Tetapi bila ada masalah segera mencari solusi.
“Orang yang mempermasalahkan masalah meskipun profesor dia tidak berguna. Tapi yang sibuk mencari solusi, orang seperti ini maka dia lebih berharga. Boleh jadi dia hanya SMA dan sarjana,” terangnya.
Dia menegaskan, LDK Muhammadiyah Jatim harus peka dalam berdakwah. Sasaran LDK semua kelas. Apalagi kelas atas, orang gila kerja dia akan mendapatkan hasil banyak. Tapi secara spiritual hatinya kering. Tidak ada asupan rohani. Ini problem. Bagaimana masyarakat modern gampang cari uang. Tapi kering spiritual.
“Mohon maaf mungkin temen-temen di komunitas perlu masuk ke sini (komunitas kaya kering ruhani). Karena problem sosial di komunitas butuh sentuhan kita,” jelasnya. (*)
Penulis Mulyanto. Editor Ichwan Arif.