Pengalaman Guru Muhammadiyah Mengunjungi Masjid dan Gereja yang Toleran; Oleh Estu Rahayu, Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik
PWMU.CO – Ada pengalaman menarik saat mengikuti Hybrid Workshop Upgrading LKLB yang diselenggaarakan oleh Institut Leimena bekerja sama dengan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia serta didukung oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dan Yayasan Pendidikan Kristen Gloria pada Jumat-Ahad ( 6-8/10/2023) di Surabaya.
Dari 48 peserta yang merupakan alumni Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB), saya adalah salah satu peserta yang menadapat undangan itu. Peserta lainnya berasal dari kota yang berbeda, sekolah yang berbeda dan agama yang berbeda. Ada yang dari Banjarnegara, Jawa Barat. Kemudian Semarang, Jawa Tengah dan beberapa kota di Jawa Timur termasuk dari Pulau Madura.
Ketika peserta berdatangan menuju aula di Lt 6 Hotel Dafam Pasifik Oscar, Surabaya, kami langsung dikelompokkan. Dari 48 peserta dipisah menjadi 8 kelompok yang anggotanya beragam agama. Dalam satu kamar pun, kami tidur dengan peserta berbeda agama, meski kami tak bisa lepas jilbab di kamar. Ini agar setiap peserta bisa berdialog atau interaksi antaragama.
Saya masuk kelompok yang terdiri dari 6 anggota. Yaitu Estu Rahayu SAg dari SMA Muhammadiyah 1 Gresik, Hilmi Azizi MPd I dari SMA Darussalah, Tegal Besar Jember, Sektiningsih SS Gr dari SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, Fuad Akbar Zam Zamy SPd dari SMP NU Shafiyah Rogojampi Banyuwangi, Rendyta Widya Prassanti SPd dari SMA Kristen Gloria 1 Surabaya dan Nurul Imaroh SPdI dari SD Muhammadiyah 5 Porong Sidoarjo. Sedangkan pendamping kami Ranatha Fransin Sonya Lumentut SH dari SMP Kristen Tri Tunggal Semarang
Beberapa materi mengharuskan kami bekerja sama, berdiskusi dan sharing pendapat. Seperti materi tentang LKLB dan supremasi hukum, gejala intoleransi, pembuatan RPP Program menyusun metode dan langkah pembelajaran serta micro teaching materi pembelajaran rule of law dan kebebasan beragama berbasis LKLB.
Menurut pendamping kami, Ranatha, kelompok kami adalah kelompok yang paling aktif, bekerja dengan cepat dan menyelesaikan tugas dengan cepat dan semangat. Bu Ranatha, sapaannya sering mengingatkan kami untuk terus menjalin komunikasi meski workshop ini sudah berakhir. Dengan membuat WAG, dia mengingatkan rencana tindak lanjut (RTL) berupa tugas. Yaitu mengirim video pembelajaran sesuai RPP yang disetorkan kepada panitia. RPP yang berbasis prinsip literasi keagamaan lintas budaya, kebebasan beeragam dan supremasi hukum. “Tetap semangat ya Bapak Ibu,” tulisnya di WAG itu.
Game Meletakkan Hajar Aswad
Kegiatan worlshop diawali dengan sebuah game. Berupa sebuah botol diletakkan dil antai. Panitia meminta memindahkan botol air mineral itu ke atas meja pembicara tanpa menyentuhnya. Salah satu peserta berinisiatif membawa selembar kain persegi dan meminta setiap perwakilan kelompok memegang ujung kain dengan gerakan seperti menyerok. Botol itu berhasil menggelinding di tengah kain. Lalu mereka berjalan mendekati meja. Satu sisi kain diangkat. Yang lain membantu meyesuaikan sehingga botol air mineral itu berpindah di atas meja dengan posisi berdiri tanpa ada satu orang pun yang menyentuhnya.
Kemudian panitia menjelaskan. Itulah yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW saat meletakkan Hajar Aswad di salah satu sudut Ka’bah. Nabi berhasil memberi solusi yang bisa diterima semua suku atau kabilah tanpa ada pertumpahan darah dan peperangan. Karena setiap suku memegang ujung kain daan berhasil meletakkan Hajar Aswad.
Pelajaran dari game ini, bahwa Indonesia yang memiliki beragam suku dan agama bisa bekerja sama dan saling menghargai seperti peristiwa peletakan Hajar Aswad tadi.
Baca sambungan di halaman 2: Field Trip Ke Gereja Gloria