Terharu di Masjid Gunung Sari Indah
Masjid ini terletak di Perumahan Gunung Sari Indah Blok W/13 Kedurus Karangpilang Surabaya. Belajar dari Ketua Takmir Masjid, M Fatoroni, Masjid ini menggunakan speaker luar hanya saat adzan berkumandang saja. Kegiatan yang berlangsung di dalam masjid hanya menggunakan speaker dalam. “ Karena kami bertetangga denga umat lain yang beragama Kristen, Hindu dan Budha. Tujuannya agar tidak mengganggu mereka saat mereka beraktifitas maupun istirahat.”
“Wah, ini keren sekali,” ucapku dalam hati. Jamaah masjid masih mau memikirkan tetangganya yang berbeda agama dan menghormati mereka. Sampai-sampai urusan pengeras suara juga diperhatikan.
“Nah yang ada di sisi sebelah sana itu tetangga kami yang non-Muslim,” ujarnya sambil menunjuk deretan bapak-bapak yang memakai sarung, baju koko, dan peci di sisi kiri. Mereka semua yang menyambut peserta LKLB. Ada yag menjaga parkir, merapikan sepatu, menyiapkan sound system, dan lain sebagainya.
“Saat Idul Fitri, mereka juga mengumpulkan beras ke masjid. Bahkan ada yang membawa beras dua karung,” tambahnya. Ketika Idul Adha, takmir masjid membagikan daging kurban kepada seluruh jamaah, apapun agamanya. Bahkan saat pandemi Covid-19, ibu-ibu jamaah masjid setiap hari menaruh bungkusan bahan makanan, istilahnya centelan. Siapapun yang membutuhkan boleh ambil,” terangnya.
Yang menarik dari kunjungan ini, Sherly Deasy Anjuwita Gultom SSos MSosio yang disapa Bu Sherly melantunkan shalawat Nabi dengan suara merdu, “Shalatullah salamullah, ala taha rasulillah. Shalatullah salaamullah ala yasin habibillah.”
Mendengar lantunan shalawat itu membuat mataku berkaca-kaca karena terharu. Pertakali saya melihat pemandangan seperti ini. Seorang non-Muslim mau bershalawat dan mengenakan kerudung di kepalanya.
Saya semakin terharu saat Ibu-ibu jamah masjid memberitahu kalau kerudung yang dikenakan peserta non-Muslim boleh dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Dan mempersilakan mampir kalau melintasi masjid ini. Wah, ini peristiwa yang luar biasa. Sambutan yang ramah dan suasana yang menyenangkan membuat saya ingin bercerita kepada siapaa saja. Semoga Masjid Gunung Sari Indah Surabaya ini menjadi inspirasi masjid yang lain dalam menjaga kerukunan antarumat beragama.
Tidak terasa selama tiga hari berkegiatan membuat kami terasa seperti saudara. Persaudaraan ini seperti miniatur Indonesia. Beraragam agama, suku bangsa dan bahasa. Berbeda-beda tetapi satu bangsa, Indonesia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni