PWMU.CO – Tukang cukur ini menjadi Muhammadiyah dari kotak amal Lazismu, itulah pengakuan Rubianto (32) warga Gayam, Bojonegoro yang sepuluh tahun berprofesi sebagai tukang cukur dan memiliki tiga stan tempat usaha.
“Nama saya Rubianto, tapi masyarakat memanggil saya Turiz, singkatan anger metu laris. Buka cukur di mana-mana laris. Kalau saya metu ngukur mesti laris, sudah sepuluh tahun ini, alhamdulillah,” kata dia saat ditemui di Pelatihan Barbershop Lazismu Bojonegoro, Rabu (11/10/2023).
Berawal dari stan potong rambut atau cukur itulah Lazismu Bojonegoro menitipkan kotak amal yang diambil oleh petugas setiap sebulan sekali.
“Saya mulai mengenal Muhammadiyah berawal dari sedekah kotak amal yang ditempatkan Mas Rofiq (funriser dan driver Lazismu) di kios potong saya. Saya memasukan infak per hari lima ribu-lima ribu. Per bulan itu diambil. Saya merasa infak saya tersalurkan tepat sasaran,” ungkap Turiz alias Rubianto.
Menurut Turiz, dia ingi bersedekah ke anak yatim. Ternyata di Lazismu langsung disalurkan sesuai pesanan saya. Dari situlah saya komit menjadi donatur tetap Lazismu Bojonegoro hingga terlibat aktif dalam beberapa kegiatan Lazismu Bojonegoro termasuk pelatihan potong rambut.
Dia mengungkapkan, saat Rofiq menawari dia melatih dia langsung mengiyakan. “Saya sukarela berbagi ilmu mengajarkan cara potong rambut kepada peserta pelatihan barbershop Kazismu Bojonegoro, tanpa imbalan sepeser pun,” tegasnya.
Menurut Turiz, untuk sekadar bisa memotong rambut cukup berlatih sepuluh kali. Tapi kalau ingin bener-bener bisa, itu minimal sudah potong rambut 300 kepala. Kalau bener-bener ahli ya sudah potong rambut 1.000 kepala.
Ketua Lazismu Bojonegoro Drs Rofi’i MPdI, mengaku terbantu dengan kesediaan Rubianto melatih pemberdayaan UMKM cukur rambut yang diprakarsai Lazismu Bojonegoro. Selanjutnya diteruskan membentuk komunitas antarpeserta pelatihan barbershop untuk sharing pengalaman demi kemajuan profesi mereka sebagai tukang cukur.
“Tantangan Lazismu Bojonegoro berikutnya adalah bagaimana mencarikan tempat atau stan agar peserta pelatihan ini bisa menjemput rezeki dari keahlian potong rambut ini,” kata Rofi’i.
Terhimpunnya para tukang cukur Lazismu Bojonegoro disambut baik para pesertanya. Seperti yang diakui Haikal Muraslim (14) asal pulau Alor NTT, yang ingin keahlian potong rambut bisa untuk mencari uang untuk keperluan mondoknya di pesantren di daerah Kapas Bojonegoro.
Juga bagi Ahmad Priyadi, kader Muhammadiyah yang tinggal di Dusun Karon, Desa Karangdowo, Jecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro. Dia sangat antusias dan berbakat untuk memiliki keterampilan potong rambut agar bisa menambah penghasilan, demi perbaikan kehidupan keluarganya.
Bagi Rubianto dengan sering bergaul dengan kader Muhammadiyah membuat dirinya makin terarah untuk seimbang dalam berprofesi dan beragama. Bahkan, dirinya mengaku kini turut berdakwah dengan caranya sendiri.
“Kepada para pelanggan saya, setelah potong rambut selalu saya beri stiker dan saya jelaskan maknanya. Stiker ini bergambar sisir dengan 17 gigi dan huruf Arab nun dan syin. Maknanya, jangan lupa shalat 17 rakaat saat mencari nasi (rezeki),” jelas Turiz serius.(*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni