PWMU.CO – Sambutan mengandung bawang dengan tetesan air mata dari Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Wringinanom Gresik Jawa Timur di Musyawarah Cabang (Musycab) Ke-3, Ahad (8/10/2023).
Ketua PCNA periode 2016-2022 Kusmiani SPd membuka sambutannya dengan puji syukur atas puncak perjalanan panjangnya di NA Wringinanom setelah periode panjangnya. Pada acara yang dihadiri Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Gresik Fatma Hajar Islamiyah MPd, beserta Nur Hakiky SPd, Diah Eko Lestari SPd, dan Hernik Rosyidatul Baroroh SPd itu, Kusmiani menumpahkan tangisnya.
“Tanpa tim yang solid dan kerjasamanya yang apik, Musycab tidak akan terselenggara dengan sukses,” jelasnya.
Yunda Ani, sapaanya, dalam sambutannya di Aula Pani Asuhan Al-Ihsan Wringinanon menyampaikan terima kasih kepada timnya di PCNA Wringinanom yang telah membersamai selama 8 tahun kepemimpinannya.
“Saya menakhodai PCNA Wringinanom ini bukan dua periode, tetapi waktu itu PCNA Wringinanom mati suri, akhirnya tanpa Musycab saya langsung ditunjuk Ustadzah Rohmatin MPd yang kala itu sebagai Ketua PCA Wringinanom,” katanya.
Delapan tahun bukanlah hal mudah, sambungnya, banyak tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan untuk menghidupkan kembali pergerakan Nasyiah Wringinanom.
“Akhirnya alhamdulillah saya bisa menyelesaikan amanah ini, mulai dari mengumpulkan tujuh kader hingga hampir 50 saat ini,” imbuhnya sembari mengusap air mata yang mulai menetes.
Ia melanjutkan cerita, lika liku perjuangannya saat memimpin Nasyiah, saat hamil dan melahirkan harus banyak istirahat dan jika ada kegiatan harus diantar. “Yunda Minarti adalah tim sekaligus supir saya saat saya dalam keadaan tidak sehat, baik mengantar pertemuan cabang maupun pertemuan daerah,” ucapnya terbatah-batah menahan tangis.
Ucapan terima kasih selanjutnya dia sampaikan untuk suaminya, Heri Siswanto SHI yang selalu mendukungnya berkegiatan di Nasyiah baik berupa tenaga, pikiran maupun materi.
“Suami saya memberikan izinnya dari awal saya ditunjuk menjadi ketua, sehingga jika ada undangan baik cabang maupun daerah tidak perlu izin ulang, yang terpenting dapur dan anak terpenuhi sebelum berangkat,” ungkapnya disertai senyum.
Dia mengatakan suaminya adalah tempat curhat dikala hati mulai tidak semangat, tempat mengadu dikala hati mulai gaduh. “Apapun yang saya rasakan baik senang maupun lelah larinya ke suami,” terangnya sambil meneteskan air mata.
Kader Nasyiah
Perempuan yang mempunyai dua putri dan satu putra itu menerangkan selalu membawa anaknya yang kecil ketika mengikuti kegiatan Nasyiah. Dia juga memberikan semangat kepada kader Nasyiah yang hadir saat itu.
“Nasyiah ramah anak, jadi jangan khawatir, takut atau minder ketika ada rengekan anak di sela-sela kegiatan. Jadi tidak ada alasan untuk tidak ikut berNasyiah hanya karena repot anak,” paparnya.
Dia pun melanjutkan ungkapan terima kasihnya kepada anak-anaknya yang memberikan waktu dan mengerti bagaimana aktivitas ibu yang mereka panggil ummi itu.
“Seringkali mereka saya tunda haknya, contohnya waktu penjengukan pondok saya tunda karena ada pertemuan Nasyiah,” ulasnya sambil mengusap air mata.
Dia bercerita tidaklah mudah memberi pengertian kepada anak-anak tentang kegiatannya, mereka seringkali menangis ketika temannya dijenguk dan ia tertunda. Tetapi lagi-lagi dengan sabar kami —Kusmiani dan Heri— dengan sabar memberikan pengertian kepada putra-putrinya.
“Semoga anak-anak saya bisa meneruskan kiprah saya dan diberi kemudahan dalam mencari ilmu,” harapnya.
Kusmiani berpesan untuk tetap semangat menghidupkan agama Allah melalui organisasi otonom Muhammadiyah. “Jadikan perbedaan pendapat dan kekurangan sebagai batu kerikil saat berjalan,” tuturnya.
Dia menuturkan, kita harus membuang rasa egois dan mengubahnya menjadi harmonis. “Karena keharmonisan atau keselarasan belum tentu terbangun dari persamaan pendapat. Justru perbedaan yang membuat harmonis dan romantis. Betul Yunda Diah? Betul Kanda Safiq?” tanyanya kepada pasangan aktivis NA dan Pemuda diikuti tepuk dan tawa tamu undangan.
Siapapun nanti yang menjadi ketua terpilih, lanjutnya, harus patuhi, karena tanpa tim yang kuat tidak akan Nasyiah Wringinanom menjadi hebat. “Semoga langkah kita selalu di ridhai Allah, sehingga ber-Nasyiah dengan gembira dan senang hati, tanpa pamrih apalagi mengharap belas kasih,” harapnya.
Menutup sambutannya, Ibu tiga anak itu menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan baik tingkah laku, ucapan maupun tulisan. Baik secara langsung maupun melalui WhatsApp grup.
“Maafkan saya jika sering japri atau ubrak-ubrak untuk mengikuti kegiatan Nasyiah, bukan maksud hati menyakiti, tapi hanya untuk syiar Nasyiah,” tutupnya. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah. Editor Ichwan Arif.