PWMU.CO – Lazismu Sidoarjo bersama tujuh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang sedang melaksanakan Studi Independen–program turunan dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka–melakukan blusukan. Mereka mendatangi puluhan pedagang di kompleks pertokoan Pasar Baru Porong dan Pasar Larangan, Jumat (13/10/2023).
Saat blusukan, mereka tak sekadar menyebarkan brosur berisi informasi lembaga, program, dan tata cara menuaikan zakat, infak, sedekah. Mereka juga menyapa, menjelaskan, dan berdialog dengan para pengusaha.
Seperti yang dilakukan Mokhammad Thoriq–salah satu mahasiswa–ketika berkeliling di lokasi pertokoan selalu menyapa para pedagang. Dia mendoakan sebelum menjelaskan apa itu Lazismu dan pentingnya membayar zakat.
“Ibu, semoga hari ini dagangan laris dan berkah. Keberkahan usaha itu bisa diraih dengan menunaikan zakat dan menyalurkan ke lembaga zakat,” ucapnya.
Respon para pedagang beragam ketika lapak mereka tiba-tiba dikunjungi. Salah satunya ibu muda, pengusaha busana Muslim di Pasar Porong, sangat tertarik atas kedatangan tim Lazismu. “Terima kasih atas informasi ini. Doakan usaha saya laris, Insyaallah ke depanya bisa membayar zakat,” ujarnya.
Ketua Lazismu Sidoarjo Hifni Solikhin mengungkap, blusukan ini bertujuan mengedukasi para pedagang agar sadar kewajiban zakat. Yakni dengan mengenalkan nishab dan haul.
Dengan potensi zakat di Kabupaten Sidoarjo sebesar 300 miliar, sambung Hifni Solikhin, Lazismu Sidoarjo berupaya dengan berbagai program agar bisa berperan optimal dalam penghimpunan. Misalnya dengan memberikan layanan konsultasi zakat kepada masyarakat tentang cara menghitung zakat.
Adapun layanan Konsultasi bisa secara online melalui media sosial maupun melalui kajian-kajian di cabang-ranting. Selain itu, Lazismu Sidoarjo juga berupaya sosialisasi dan edukasi langsung ke calon muzaki.
Tingkatkan Literasi Zakat
Hifni Solikhin menegaskan, sebagai lembaga pengelola zakat, Lazismu Sidoarjo akan terus memperluas jejaring peningkatan literasi zakat ke seluruh amal usaha Muhammadiyah (AUM) maupun masyarakat umum, terutama para pengusaha.
“Literasi zakat menjadi kunci dalam pengelolaan zakat dan bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya zakat,” terangnya.
Selain literasi, kata Hifni Solikhin juga mengungkap satu permasalahan lain dari pengelolaan zakat. Yakni masih banyak masyarakat yang menyerahkan zakat ke mustahik secara mandiri atau langsung tanpa melibatkan lembaga zakat.
“Seandainya zakat disalurkan lewat amil, maka lembaga zakat akan mengembangkan dana tersebut ke program yang lebih produktif dan mendistribusikannya sesuai sasaran. Tujuan zakat sebagai pengentas kemiskinan umat akan tercapai,” imbuhnya. (*)
Penulis Yekti Pitoyo Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni