Dunia Ini Indah karena Cawe-Cawe Perempuan; Oleh Izza El Mila, Wakil Sekretaris PDA Kota Probolinggo periode 2022-2027.
PWMU.CO – Dunia ini terasa sangat indah ketika ada cawe-cawe perempuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cawe-cawe adalah kata kerja yang berarti ikut membantu mengerjakan (membereskan, merampungkan).
Dalam konteks Aisyiyah, cawe-cawe maksudnya ikut menangani apabila melihat kepincangan generasi muda. Kita yang tua-tua hendaknya turut bantu mengatasi.
Peluang untuk ikut menangani permasalahan generasi muda dan permasalahan lain yang mendera masyarakat Indonesia telah lama ditangkap oleh organisasi perempuan Aisyiyah sejak seratus tahun lalu. Bahwa perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam beramal saleh.
Di dalam Anggaran Dasar Aisyiyah pasal 2 tentang identitas disebutkan, “Aisyiyah adalah organisasi perempuan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar yang berasaskan Islam serta bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah.”
Organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan itu berdiri pada tanggal 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta. Bertujuan untuk menegakkan agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ayat Kesetaraan
Aisyiyah lahir terinspirasi pemahaman an-Nahl ayat 97 yang memiliki makna, Islam memberikan kesempatan setara kepada perempuan dan laki-laki yang beriman dan beramal saleh untuk meraih kehidupan yang baik (hayatan thayibatan) dan akan mendapat balasan terbaik dari Allah.
Ruh ayat ini memacu para perempuan Aisyiyah untuk aktif menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi, berkiprah di ruang publik, mengaktualisasikan potensi pikir dan dzikir, serta amal shaleh untuk mewujudkan masyarakat dan bangsa yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat.
Maka lahirlah gagasan dan ide kreatif untuk membantu masyarakat yang tertuang dalam berbagai program. Ini tersusun rapi, terstruktur, transparan, dan akuntabel. Di mana Aisyiyah memiliki Badan Pembantu Pimpinan (BPP) yang siap mewujudkan tujuan mulia organisasi.
BPP meliputi Majelis PAUD Dasmen, Majelis Tabligh dan Ketarjihan, Majelis Kesehatan, Majelis Kesejahteraan Sosial, Majelis Pembinaan Kader, Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan, Majelis Hukum dan HAM, Lembaga Budaya Seni dan Olahraga, serta Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana.
Sembilan BPP tampak bergerak dengan cepat dari pusat hingga ranting. Semua berebut dan berlomba-lomba dalam kebaikan atau fastabiqul khairat.
Pengalaman di Keluarga
Cawe-cawe perempuan ini juga tercermin pada tingkat yang paling inti: keluarga. Setelah mengikuti rapat tiga bulanan Aisyiyah wilayah kerja Balapan, saya pulang.
Saya sampai rumah dengan selamat pukul 17.00 WIB. Suami saya menyambut dengan membukakan pintu. Tidak ada tanda-tanda kemarahan pada raut wajahnya karena saya pulang sore.
Rasa lapar akhirnya mendorong saya memasuki dapur. Aduhai, kulit bawang merah dan bawang putih berceceran. Wajan kotor berkerak. Tumpahan minyak goreng melumuri lantai.
Suami saya telah memasak nasi dan menggoreng ikan. Sebungkus mi telah berubah menjadi masakan manis dan lezat. Saya merapikan dapur. Di tengah keletihan, saya punguti sampah sambil tersenyum. Ah, dunia ini butuh perempuan agar tertata indah, rapi, dan mencerahkan. (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni