PWMU.CO – Perangi buta huruf al-Quran, SMK Pemuda Krian (Smedaka) Sidoarjo, Jawa Timur, menggalakkan program Baca Tulis al-Quran (BTQ) kepada siswa.
Program BTQ di Islamic Progressive School itu rutin berlangsung setiap Senin-Kamis pukul 07.00-08.00 WIB. Pada Kamis (19/10/2023), tampak siswa membaca Surat al-Kahfi ayat 1-5 di aula Smedaka.
Kepala Smedaka Hj Ikbala Nur’aini SPd mengatakan, perkembangan zaman yang semakin pesat mengharuskan dan menuntut siswa sebagai agen penggerak perubahan untuk terus berkarya dan berprestasi di berbagai bidang. “Terlebih lagi dalam bidang keagamaan,” ujarnya saat diwawancarai di ruang kepala sekolah.
“Buta huruf al-Quran masih menjadi persoalan yang urgent bagi umat Muslim di Indonesia, terutama di lembaga pendidikan tingkat SMP-SMA/SMK. Maka dari itu, SMK Pemuda Krian ingin memberantas buta huruf al-Quran di lingkungan sekolah,” ujarnya.
Pasalnya, beberapa tahun silam, dia melihat siswanya masih ada yang belum bisa membaca al-Quran dengan baik. Karena itulah Smedaka membuat program BTQ metode al-Barqy. “Sehingga setelah lulus sekolah mereka bisa membaca al-Quran,” tambahnya.
Remaja Merasa Bisa
Menilik realitas, generasi muda tingkat SMP-SMA/SMK terkadang sudah tidak ingin belajar BTQ. Seperti kata Koordinator BTQ Smedaka Fransy Herani Putri SPd. “Mereka sudah merasa bisa BTQ di tingkat TK/SD, sehingga pada saat beranjak remaja (SMP-SMA/SMK) memutuskan untuk berhenti,” ungkapnya.
Menurutnya, mereka malu karena di Taman Pendidikan al-Quran (TPQ) didominasi anak tingkat TK/SD. “Kurangnya motivasi belajar BTQ membuat mereka enggan untuk mempelajarinya lagi. Apalagi sekarang zamannya teknologi informasi sehingga mereka lebih mementingkan gadget daripada al-Quran,” tambahnya.
Dia lantas menekankan, belajar BTQ sangat penting dimulai sejak usia dini hingga usia dewasa. “Jika mereka hanya belajar di tingkat TK/SD, secara otomatis pada saat SMP-SMA/SMK mereka lupa cara membaca dan menulis al-Quran. Apalagi kalau mereka tidak membaca setiap hari di rumah,” imbuhnya.
Beberapa tahun ini, sambungnnya, siswa Smedaka sudah bisa membaca al-Quran dengan baik. Terbukti, kelas al-Quran semakin banyak dibandingkan kelas Al-Barqy (level dasar).
Nisa Islami Mawaddah SPd, guru BTQ kelas Al-Barqy, bersyukur siswa kelas Al-Baqry banyak yang sudah naik tingkat menjadi kelas al-Quran. Dia menilai, ini karena metode yang dipakai memudahkan siswa untuk belajar membaca dan mempelajari hukum tajwid.
Variasi Pembelajaran
Untuk menghindari kebosanan siswa dalam belajar al-Quran guru BTQ Smedaka mencipta variasi dalam prosesnya. Seperti kata guru BTQ kelas al-Quran M. Adam Ramadhani SPd.
“Kami guru BTQ membuat variasi pembelajaran setiap harinya. Dimulai pada hari pertama membaca dan menulis, hari kedua membaca dan materi tajwid, hari ketiga membaca dan praktek tajwid, hari keempat membaca dan menghafal surah pendek,” urainya.
Dengan adanya variasi itu, kata Adam Ramadhani, siswa tidak bosan belajar al-Quran. Ini sejalan dengan kata Alisa Faradila, siswa kelas al-Quran.
Dia mengungkap, “Saya senang sekali dengan variasi pembelajaran seperti ini. Setiap hari belajar materi yang berbeda sehingga tidak membosankan. Saya selalu bersemangat untuk masuk kelas BTQ. Semoga bacaan al-Quran saya semakin baik.” (*)
Penulis Fransy Herani Putri Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni