PWMU.CO – Peluang dan Tantangan Pesantren Muhammadiyah dibahas dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) LPP PWM Jatim, Sabtu (21/10/2023)
Rakorwil Lembaga Pengembangan Pesantren (LPP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dilaksanakan di Aula Mas Mansur PWM Jatim Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya.
Ketua LPP PWM Jatim Dr Pradana Boy ZTF dalam sambutannya menyampaikan keberadaan pondok pesantren Muhammadiyah di Jawa Timur.
“Muhammadiyah Jatim memiliki 87 pesantren dan Muhammadiyah Boarding School (MBS) yang tersebar di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur,” ungkapnya.
Sementara itu dalam sambutan pembuka rakorwil, Ketua PWM Jatim Dr dr Sukadiono MM meminta kepada peserta rakorwil agar pesantren yang dipimpin ditingkatkan kualitasnya.
“Jumlah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di Jawa Timur ada 38 dengan 87 pesantren. Berbeda dengan Jawa Tengah, 35 PDM memiliki 180 pesantren. Kita belum ada separuhnya. Dan menjadi PR kita semua untuk meningkatkan kualitas pesantren,” tutur Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Rakorwil yang diikuti 114 peserta dari pimpinan LPP PDM dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Timur ini menerima materi-materi peluang dan tantangan pesantren.
Tingkatkan Manajemen
Wakil Ketua PWM Jatim Dr H Syamsuddin MAg menyampaikan, peluang pengembangan pendidikan pesantren sangat besar. Berbeda dengan tahun 1985-an, pesantren dianggap lembaga yang kurang maju.
“Sekarang pesantren menjadi pilihan utama, sehingga banyak pesantren yang kebanjiran pendaftar sebelum sekolah yang tidak berbasis pesantren dibuka pendaftaran. Dan tidak dari kalangan menengah ke bawah saja, tetapi juga banyak dibidik oleh kalangan menengah ke atas. Inilah peluang yang kita tangkap,” paparnya
“Pesantren memang tidak menjamin menjadikan seseorang menjadi baik. Tetapi tempat yang terbaik untuk mendidik seseorang menjadi baik,” tambahnya.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi pesantren sebagai jantung pendidikan tafaquh fiddin adalah keterbatasan sumber daya manusia, sarana prasarana dan jumlah santri.
“Pesantren Muhammadiyah harus meningkatkan manajemen kelembagaan, kemandirian ekonomi untuk keberlangsungan pesantren dan menjalin kemitraan strategis dengan pemerintah setempat untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi pesantren,” pesannya. (*)
Penulis Ridwan Manan. Editor Sugiran.