PWMU.CO – Darling PWNA Jatim membahas kiat-kiat merdeka sampah rumah tangga. Kegiatan ini digelar Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiah (PWNA) Jawa Timur melalui Departemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana.
Tadarus Lingkungan (Darling) dilaksanakan secara virtual, Sabtu (21/10/2023). Kegiatan tersebut mengusung tema Merdeka Sampah Rumah Tangga dan diikuti oleh kader Nasyiatul Aisyiyah se-Jawa Timur, PWNA DKI Jakarta, PWNA Jawa Barat hingga masyarakat umum dari Manado dan Aceh Barat Daya
Wakil Ketua PWNA Jawa Timur, Zahrotul Janah S Ikom MM dalam sambutannya mengajak seluruh perempuan yang terdidik setiap hari untuk terus belajar, khususnya terkait isu lingkungan.
“Kita perlu terus belajar bagaimana mengelola sampah dari aktifitas di rumah. Dari memasak ada banyak limbah yang perlu kita olah yang masing-masing memiliki perlakuan berbeda. Tagline tentang kita harus menyelamatkan bumi ini sepertinya keliru. Bumi tanpa manusia akan baik-baik saja, tapi belum tentu sebaliknya,” ujarnya.
Dia menuturkan, sebagai kader Nasyiatul Aisyiyah diharapkan mampu menjadi bagian dari perubahan lingkungan misalnya dengan melakukan pemilahan sampah rumah tangga dari rumah.
Sementara itu, penggagas Rumah Edukasi Pilah dan Olah Sampah dari Rumah, dr Bintari Wuryaningsih SE dalam pemaparannya memberikan gambaran terkait kondisi sampah di Indonesia sekaligus memberikan tutorial membuat EcoEnzim.
“Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2019 menunjukkan jumlah timbunan sampah di Indonesia sebesar 175.000 ton perhari atau setara dengan 64 juta ton pertahun,” ujarnya.
Dokter Umum IGD RS Islam Fatimah Banyuwangi itu menuturkan, komposisi sampah tersebut terdiri dari sampah organik 50%, plastik 15%, kertas 10%, sisanya 25% logam,kain, kaca, dan lain sebagainya.
“Tingginya sampah organik di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dapat diminimalkan dengan peran kita dari rumah, yakni melakukan pemilahan sampah rumah tangga,” ucapnya.
Pentingnya Paradigma Minim Sampah
Menurut dr Bintari, dalam pengelolaan sampah diperlukan paradigma yang dapat mendukung minimnya permasalahan sampah.
“Paradigma yang harus dibangun terkait pengelolaan sampah adalah pertama; sampah adalah rupiah, kedua; sampah adalah bahan baku daur ulang, ketiga; sampah adalah berkah, keempat; sampah adalah sumber energi baru dan terbarukan,” lanjut perempuan kelahiran Sleman tahun 1975 ini.
Dia mengatakan, tata kelola sampah yang selama ini dipahami oleh masyarakat adalah KAB, yakni Kelola di rumah, Angkut ke TPS,dan Buang ke TPA. “Tata kelola seperti ini hanya memindahkan masalah, namun tidak menyelesaikan masalah sampai ke akar,” ujarnya.
Dia menjelaskan, harapan untuk pengelolaan sampah di Indonesia telah tertulis di UU No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Hal itu menurutnya harus diimbangi dengan peran aktif masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah dari rumah, serta peran pemerintah dalam menjalankan regulasi yang telah dibentuk.
Selain itu, pemerintah diharapkan menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah.
“Adanya bank sampah di setiap kelurahan atu desa, TPST 3R di setiap kecamatan, armada pengangkut sampah yang terpilah, sampai penggunaan teknologi dalam pengelolaan sampah yang lebih maju dihadapkan mampu membantu mewujudkan Indonesia bersih,” ucapnya.
Dalam kegiatan ini, dr Bintari juga mempraktikkan cara membuat EcoEnzim dari sampah organik. Tahap demi tahap disimak dengan seksama oleh seluruh peserta Taradus Lingkungan hingga memantik berbagai pertanyaan yang membuat diskusi semakin menarik. (*)
Penulis Nia Ambarwati Editor Nely Izzatul