PWMU.CO – Dulu disegel Satpol PP, kini sekolah kami ditawari bantuan pemerintah Rp 1,2 miliar. Demikian pernyataan Kepala SMA Muhammadiyah 10 (SMAM X) Surabaya Ir Sudarusman dalam kegiatan Upgrading MTsM 19 Surabaya di Villa Shahab Prigen Jum’at-Sabtu (20-21/10/2023).
“Membangun sekolah Muhammadiyah itu tidak mudah, namun di ujungnya insyaallah indah. Ketika kita menawarkan pemikiran baru, pasti ditolak dan tidak mungkin disetujui. Tapi jangan langsung menyerah,” tegas Sudarusman.
Menurutnya sebuah ide atau gagasan besar, pasti awalnya dicampakkan. Namun bagi seseorang yang memiliki visi jauh ke depan, mereka akan terus melangkah, walaupun mendapat tantangan, fitnah dan perlakuan yang tidak bagus.
“Pimpinan sekolah yang inovatif dia akan terus mengangkat sekolahnya dan membiayainya. Orang yang visioner pasti rugi, baik materiil dan moril,” tegasnya.
Oleh karena itu, lanjut Sudarusman, jika ada orang yang melakukan perubahan, kita harus bersyukur. Jangan malah dicari-cari dari mana uangnya. Orang visioner tidak mungkin minta-minta.
“Saya ingin tanamkan kepada teman-teman MTsM 19 jika mencari hal baru, pasti ditolak, tetap lanjutkan karena itu bagian dari sebuah perubahan. Kalau yang itu sudah diturut, ya cari lagi ide baru,” pesannya.
Sudarusman mengaku, saat dirinya mendirikan SMA Muhammadiyah 10 Surabaya penuh tantangan dan banyak melakukan hal yang tidak masuk akal.
“Saya buat SMA juga sama, disegel Satpol PP. Disuruh merger, lawange dirante (pintunya dirantai), disuruh pindah sama pemerintah, biasa itu. Tapi sekarang diagung-agungkan. Kemarin dikasih Rp 1,2 miliar, sekarang mau dikasih lagi, kemarin ditawari gak butuh (alat musik) kulintang. Padahal dulu dirante-rante, ditolak-tolak,” cerita Pak Sudar, sapaannya.
Menurut dia, sebuah perubahan tampaknya seperti masalah. Namun, jika perubahan itu sukses, mereka merasakan manfaatkan dari perubahan itu. “Karena itu saya berharap banyak kepada para pimpinan sekolah Muhammadiyah jadilah sebagai agen perubahan,” ujarnya.
Pimpinan sebagai agen perubahan, menurutnya, ciri-cirinya mereka adalah orang yang tidak merasa paling pinter sendiri, paling benar sendiri. Tapi mereka mau menjadi pendengar yang baik, menerima saran, mau dikritik dan tidak marah-marah. mau memahami, mau menyadari serta mau memaafkan kesalahan orang lain.
Intinya, agen perubahan itu di dalamnya dirinya ada kearifan.
Baca sambungan di halaman 2: Syarat Sekolah Unggul