KH Abdurrahman Syamsuri, Pendiri Pondok Karangasem yang Dicintai Umat; Penulis M. Abduh Arrosyidin, siswa kelas XI MA Muhammadiyah 1 Karangasem.
PWMU.CO – KH Abdurrahman Syamsuri, akrab dipanggil Yi Man, lahir pada tahun 1925. Dia merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Kiai Syamsyuri dan Nyai Walidah.
Ayahnya adalah seorang petani, penggergaji kayu, dan sesekali menggergaji kapur. Kiai Syamsyuri juga seorang kiai yang sering memberikan pengajian. Sementara ibunya adalah seorang pedagang kecil yang berdagang telur, timun, dan kacang yang diambil dari Pasar Payaman Solokuro dan dijual di Pasar BlimbingPaciran.
Yi Man dididik langsung oleh ayah dan kakeknya yaitu Kiai Idris. Dia sejak kecil sudah digembleng oleh sang kakek dengan ilmu agama karena Kiai Idris sangat berharap mempunyai seorang anak laki-laki sebagai penerus dakwahnya. Kiai Idris sering mendidik Yi Man di Langgar Duwur yang didirikan oleh Kiai Idris sebagai cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Karangasem.
Yi Man adalah seorang yang berpikiran cerdas dan cita-cita (hammah) yang tinggi. Sepupu Yi Man, Kiai Anwar Murob, mengatakan Yi Man memiliki kemauan yang kuat dan cerdas. Hal tersebut terbukti dengan dia mampu menuntaskan hafalan al-Quran saat usianya baru 9 tahun. Selain itu, Yi Man juga tidak puas mencari ilmu. Terbukti dengan beberapa tempat yang dia datangi untuk memperoleh ilmu.
“Setelah madrasah ibtidaiyah, Yi Man melanjutkan di Pondok Kranji dan Tebuireng hingga menguasai ilmu faraidh dan semakin luas pemahaman al-Qurannya,” ucap Yi War, sapaan Kiai Anwar.
Yi War juga menceritakan, kedatangan Yi Man membawa perubahan besar di Langgar Duwur. Yang semula hanya baca tulis Quran, tapi kemudian juga melakukan kajian Tafsir Jalalain, kitab hadist Riyadhus Shalihin, kitab Nahwu Alfiyah karya Ibn Malik dan Ilmu Sharaf. Dari situlah masyarakat mulai datang untuk ikut mengaji dengan Yi Man sehingga mulai dirintis pondok pesantren.
“Mulai dari meminjam tanah Pak Hadir yang ada pohon asamnya kemudian dibangun asrama bernama al-Hijrah. Masyarakat juga ikut membangunnya. Kemudian dibuat kotak-kotak untuk memisahkan kamar santri. Pembangunan tersebut mulai tanggal 18 Oktober 1948. Saat itulah Pondok Karangasem berdiri,” ceritanya.
Kini pondok yang dibangun Yi Man itu telah mencapai 75 tahun. Nama Karangasem juga dianggap unik karena tidak menggunakan kata serapan bahasa Arab seperti pondok pada umumnya. Dikutip dalam buku Seteguh Batu Karang Seteduh Pohon Asam nama Karangasem diambil dari sebuah nama pohon yang tumbuh di depan pekarangan rumah milik KH Abdurrahman Syamsuri.
Pohon yang rindang dan menjulang tinggi itu adalah pohon asam. Di bawah pohon itulah terdapat sebuah tempat pemondokan yang dihuni oleh santrinya pertama kali. Sehingga masyarakat Desa Paciran dan sekitarnya sering menyebutnya Pondok Karangasem.
Hingga saat ini, pohon asam di lingkungan Pondok Karangasem tetap ada. Menurut putra Yi Man, Abdul Hakam Mubarok Lc MPd, pohon itu sebagai ikon untuk perindangan yang menyejukkan santri.
Baca sambungnadi halaman 2: Komandan Laskar Hizbullah