Keranda di Atas Lautan Manusia
Memasuki tahun 1997, penyakit diabetes Yi Man benar-benar mulai menghambat aktivitas dawahnya. Dia pun harus dirujuk ke Rumah Sakit Darmo Surabaya. Bek Fah mengatakan, saat itu ia mendatangi Yi Man dengan sedih dan berlinang air mata seakan mengatakan jangan meninggal.
Akan tetapi Yi Man berkata, “Mosok aku gak oleh mati, Fah?” Artinya, masak aku tidak boleh meninggal.
“Jam 1 dini hari Bapak meninggal dunia pada Kamis (27/03/1997),” sambung Kiai Barok yang saat ini menjadi Pimpinan Pengasuh Pondok Karangasem yang juga Wakil Ketua PDM Lamongan.
Sejak berita duka itu diumumkan, ribuan alumni Pondok Karangasem dan ribuan masyarakat mulai memadati halaman Pondok Karangasem Muhammadiyah Paciran. Mereka mulai datang berbondong-bondong untuk menghormati dan mengantarkan jenazah Yi Man menuju ke pemakaman sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada dia.
Saking banyaknya orang yang ingin memberikan penghormatan kepada Yi Man, shalat jenazah di Masjid Al-Manar dilakukan tiga kali. Setelah itu, jenazah diberangkatkan dengan ‘khotbah’ perpisahan. Lautan manusia yang memenuhi masjid itu menangis. Mereka bersedih karena ditinggal oleh kiai kebanggaan mereka.
Jenazah Yi Man dimakamkan di Pemakaman Umum Sluwuk, Desa Paciran. Bahkan, pada jalanan yang sesak penuh dengan manusia itu membuat pengangkat keranda merasa kebingungan untuk menerobosnya. Untungnya, Yi Man orang yang memiliki peran penting bagi masyarakat sekitar, sehingga tangan manusia menjura ke atas dan keranda pun berjalan di atas tangan-tangan tersebut.
Sedemikian cepatnya, masing-masing tangan yang dilewati keranda hanya dapat memegang sesaat kemudian keranda beralih ke tangan yang lain. Seperti perahu meluncur di atas lautan manusia. Dalam hitungan menit saja keranda itu mencapai liang lahat, tempat istirahat terakhir Yi Man.
Allah telah mencabut ilmu-Nya dengan kematian ulama. Meninggalnya Yi Man merupakan salah satu bentuk dicabutnya ilmu yang dimilikinya. Akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah suri teladan terpuji yang dia tunjukkan kepada seluruh masyarakat sebagai ulama pewaris para nabi. Seperti rendah hati, sabar, tawakal, sederhana dan sifat-sifat yang lainnya.
Semoga segala amalan-amalan Yi Man diterima di sisi Allah, segala dosa-dosanya diampuni oleh Allah, jiwanya tenang di alam barzah sana, dan semoga beliau termasuk para penghuni surga firdaus dan berkumpul dengan orang-orang yang terbaik di setiap zaman. (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni