Hampir Menyerah
Nur mengenang, dalam menjalani banyak tugas perkuliahan yang bertabrakan dengan kegiatan lain, dia hampir menyerah pada semester awal. “Tetapi anak-anak saya, menantu-menantu, adik-adik saya, ponakan-ponakan saya, dan cucu saya yang nomor satu Mohammad Al-Ghozy yang di Jakarta, semua memberi dorongan, ‘Umik pasti bisa, Umik harus tetap semangat!'” ungkapnya.
Nur masih ingat, “Yang menggandoli saya saat mau berhenti kuliah itu ponakan-ponakan.” Dia menyebutkan dua nama keponakannya. Pertama, Nazhief Azhar Nurkhafidhi yang masih kuliah S1 di Universitas Padjadjaran (putra M. Yazit Nurkhafidhi). Kedua, Aqil Rausanfikr Mohammad yang kini sedang S2 di Universitas Indonesia (putra Mohammad Nurfatoni).
“Ini yang melarang saya mundur. Termasuk Kaprodi saya juga menggandoli saat saya curhat mau mundur kuliah saat semester awal yaitu Bapak Dr M. Arfan Mu’ammar MPdI. Alhamdulillah akhirnya sampai juga,” imbuh Wakil Ketua PDA Gresik yang mengoordinatori Majelis Tabligh dan Ketarjihan, Majelis Pembinaan Kader, dan Majelis Kesehatan.
Nur semangat melanjutkan kuliah S2 karena baginya, pendidikan meningkatkan intelektualitas seseorang. “Wawasan keilmuan semakin luas, punya nilai daya saing, bisa berkontribusi kepada umat dan bangsa dengan keilmuan yang dimiliki, dan tentunya Allah akan mengangkat beberapa derajat kepada orang yang menuntut ilmu, sebagaimana Firman Allah dalam al-Quran surat al-Mujadalah ayat 11,” jelasnya.
Cerita-cerita lucu saat perjalanan kuliah juga dia bagikan. “Saat ada kuliah online yang bersamaan dengan acara milad PWMU.CO, saya nggak nyadar bahwa saya mengikuti sekaligus dua kegiatan. Saya minum, mencicipi kue suguhan dari tempat acara, eh ternyata diperhatikan oleh bapak dosen pengampu. Jadinya malu karena lupa tidak menutup kamera,” tuturnya, kontibutor tertua PWMU.CO itu.
Nur ingat ketika Prof Dr H Moch Tolchah MAg waktu itu merespon, “Bu Nur silakan, boleh kuliah sambil minum dan makan.”
Usai lulus, Nur berharap, “Insyaallah saya akan mengamalkan ilmu yang sudah saya dapat. Bisa lewat berdakwah di mana saja saya dibutuhkan, bisa lewat organisasi Islam mana pun, lewat instansi yang para istrinya punya komunitas, bisa menguatkan dakwah saya di Aisyiyah dan bisa tetap berdakwah kepada para pasien-pasien yang rawat inap dan karyawan di RSMG.”
Selain itu, Nur mengatakan, “Saya punya harapan bisa memotivasi anak cucu saya, agar tidak lelah dalam menuntut ilmu, agar menggantungkan cita-citanya setinggi langit, dan terus bermimpi menjadi orang-orang yang hebat dan diridhai Allah SWT.”
Prestasi Berkesan
Bagi Nur, pencapaian menuntaskan pendidikan S2 ini yang paling berkesan dalam hidupnya. “Karena di usia senja, saya bisa menyelesaikan S2 saya yang tidak tertinggal dengan teman yang masih muda-muda,” ujarnya.
Di samping itu, mengingat kehidupannya tak bisa lepas dari berorganisasi di Aisyiyah, maka prestasi yang juga berkesan dalam hidupnya ialah ketika menjadi Ketua PCA Kebomas. “Saya bersama PCA Kebomas bisa mendirikan Rumah Tahfidh dua lantai. Meskipun awalnya hanya punya modal Rp 50 juta,” terangnya.
Santrinya kini sudah berjumlah 150 anak yang berasal dari amal usaha Muhammadiyah (AUM) dan amal usaha Aisyiyah (AUA) mulai dari TK, SD, dan SMP. Rumah Tahfidh tersebut berada satu area di Kompleks Perguruan Giri, Kebomas, Gresik.
Adapun yang juga berkesan baginya dalam perjalanan perjuangannya adalah saat dirinya beradiensi dengan jamaah pengajian. “Yaitu saat saya mengisi pengajian-pengajian. Sebetulnya semuanya mengesankan,” ujarnya.
Arfan, sapaan akrab Dosen Penguji I yang biasa memotivasi Nur, pun terkesan dengan capaian Nur di perkuliahan S2 ini. “Dengan keterbatasan (keterampilan IT), beliau selesai duluan dibanding teman-teman yang lebih muda daripada beliau. Ketika saya revisi, sepekan ke sini, ya sepekan betulan. Kalau mahasiswa lain ada yang tiga pekan baru ke saya. Beliau tidak, betul-betul disiplin dan ingin cepat selesai,” ungkapnya.
Arfan masih ingat ketika pertama kali Nur menghadapnya masih penuh keraguan. “Saya pengin kuliah melanjutkan studi S2,” ujarnya menirukan Nur.
“Waktu itu pandemi belum berakhir, sehingga menggunakan elearning (pembelajaran system daring). Kegiatan dakwahnya masih banyak. Sering mengisi kajian-kajian di sana yang tidak mungkin ditinggal. Saya minta cari teman kuliah yang dari Gresik sehingga bisa saling support. Kedua, saya minta cari ponakan atau siapa untuk bantu IT, setting cybernya,” kenangnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni