PWMU.CO – Tiga hikmah peristiwa mubahalah, menjadi intisari pengajian tafsir al-Quran oleh Ketua MPID PDM Banyuwangi, Rabu (25/10/23).
Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi Taufiqur Rohman MPdI, menyampaikan kajiannya di Masjid At-Taqwa Pandan, Genteng Banyuwangi, Jawa Timur.
Pengajian yang diadakan Takmir Masjid At-Taqwa ini merupakan pengajian rutin setiap hari Rabu malam Kamis. Waktu pelaksanaannya bakda shalat Maghrib berjamaah. Diikuti oleh jamaah laki-laki dan perempuan.
Di awal tausiahnya Taufiqur Rohman mengajak jamaah untuk bersyukur, karena masih diberi kesempatan yang longgar oleh Allah dalam menjalankan ibadah.
“Ini patut disyukuri, apalagi dibandingkan dengan saudara kita yang berada di Palestina, yang terus berjuang melawan Zionis Israel. Semoga mereka diberi kesabaran, kekuatan, dan kemenangan dalam perjuangannya,” ujarnya disambut aamiin oleh jamaah.
Selanjutnya dia memulai kajian tafsir al-Quran. Kemudian dia membacakan 5 ayat dalam surat Ali Imran ayat 59 sampai dengan ayat 63. Konteks ayat tersebut masih berhubungan dengan dakwah nabi Muhammad SAW saat menerima para pendeta Nasrani dari Najran. Sehingga terjadilah dialog tentang teologis (ketuhanan).
“Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat 59. Penciptaan Isa AS adalah semisal dengan penciptaan Adam AS. Begitulah Allah menjelaskan penciptaan keduanya sebagai makhluk dengan kalimatnya ‘kun fayakun’ (jadilah, maka dia pun jadi). Bukan sebagai Tuhan seperti yang disangkakan oleh sebagian orang,” paparnya.
Dakwah itulah, lanjut dia, yang harus disampaikan Rasulullah kepada seluruh umat manusia. Jika argumen itu masih belum dapat diterima, maka di ayat 61, Allah memerintahkan Rasulullah mengajak mereka untuk bermubahalah. Yaitu bersumpah besar atas kebenaran keyakinannya dengan menghadirkan anak dan istri serta berani dilaknat, jika berdusta.
Tiga Hikmah Peristiwa Mubahalah
Dari ajaran Islam yang berupa mubahalah ini, ungkap Taufiqur Rohman yang juga alumnus Pascasarjana Magister Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya itu terdapat stresing yang dapat diambil hikmahnya.
Pertama, ajaran tauhid. Orang yang berkeyakinan tauhid dengan kokoh, akan memiliki keberanian yang luar biasa. Karena ia yakin dengan kebenarannya itu.
Kedua, dalam konteks mubahalah, ketika tauhid sudah menjadi pegangan keluarga, maka mereka akan bersedia menghadapi apa saja demi mempertahankan keyakinannya itu.
“Dan yang ketiga, kaitkan istri dalam mubahalah. Ini menunjukkan betapa penting peran wanita dalam kehidupan ini. Ia tidak hanya sibuk di dapur dan berhias saja. Tapi dia juga mampu memainkan perannya dalam kehidupan nyata. Contohnya Aisyah istri nabi, yang juga pernah terjun langsung untuk memimpin perang.
Pengajian yang berdurasi selama hampir sejam ini berlangsung dengan khidmat. Disambung shalat Isya dengan berjamaah. Setelah itu jamaah langsung menuju ke teras masjid untuk menyantap bubur kacang hijau yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu Aisyiyah.
Penulis Ghulam Bana Islama. Editor Darul Setiawan.