PWMU.CO – Pertunjukan wayang meriahkan peringatan Hari Sumpa Pemuda di SD-MI Muhammadiyah Kota Pasuruan, Sabtu (28/10/2023).
Pertunjukan wayang berada di kelas 5 setelah upacara bendera di halaman sekolah. Para siswa duduk dengan rapi tertib.
Kemudian dalang Ki Suyatno Spd masuk membawa wayang, spiker, dan papan spons untuk menancapkan anak wayang.
Suara sorak dan tepuk tangan gembira para siswa memberikan sambutan kedatangan ki dalang.
Setelah semua siap, tampilan pembuka oleh dalang Ki Suyatno SPd yang juga kepala SD Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan dengan iringan musik gendhing Jawa.
Beberapa siswa ada yang turun menari mengikuti irama gamelan. Menggerakkan tangan dan tubuhnya. Seperti Rery, Rio, Mustakim, dan beberapa yang lain.
Lalu musik berhenti. Dalang mengenalkan beberapa nama wayang dan karakternya. Ada kelompok seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Mereka keluarga yang harmonis berperilaku sederhana, berakhlak mulia, anak menghormati dan patuh pada Semar, ayahnya.
Kemudian ganti musik cakilan terdengar sangat cepat dan keras. Muncul wayang cakil sebagai tokoh yang memiliki watak buruk, sombong, riya. Sifatnya berbeda dengan wayang Arjuna satria yang berjiwa baik, sopan santun dan dapat dicontoh perilakunya.
Babak terakhir gendhing limbukan yang sangat enerjik membawa suasana kelas spontan hampir semua siswa berdiri dan menari.
Satu murid Akbar yang berbadan kurus dan Rio yang bertubuh gemuk sangat menikmati musik dan tarian. Sesekali diselingi gelak tawa cekikian.
Dialog antara Limbuk sebagai putri Bu Cangik tampak akrab dan menarik. Bu Cangik memanggil putrinya: Nak, putriku Limbuk.”
”Ya, Bu,” jawab Limbuk.
Bu Cangik sampaikan hari ini peringatan Sumpah Pemuda. “Mari kita jaga persatuan Indonesia, satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia,” kata dalang Ki Suyatno memainkan wayangnya.
“Nak , para pemuda dengan sumpahnya untuk berjuang mengusir penjajah, sekarang sudah merdeka mari kita isi dengan rajin belajar, beribadah dan berbakti pada orang tua,” kata Bu Cangik.
“Iya Bu, saya akan mengikuti nasihat Ibu.”
Jelang pertunjukan berakhir gending Jawa diperdengarkan lagi. Wayang melambaikan tangan. Lalu Ki Dalang membacakan pantun.
Bunga mawar harum mewangi
di sampingnya ada semangka
”Cakep…..,” sahut siswa-siswi.
Bulan Oktober sudah menanti
hari lahirnya Sumpah Pemuda
Jalan-jalan ke Kota Mekkah
Lihat onta ada di jalan
Mari kita jangan lupakan sejarah
Sumpah Pemuda sangat berkesan
Kesan gembira, lucu ,dan bahagia tampak dari raut wajah siswa usai melihat pertunjukan wayang itu.
Penulis Aya E. Nadia Editor Sugeng Purwanto