PWMU.CO – IMM Jeneponto Makassar Sulawesi Selatan menggelar dialog keperempuanan denganmengusung tema “Perempuan dalam Perspektif Demokrasi” di Cafe Kulle Sabtu (28/10/2023)
Kegiatan tersebut dilaksanakan atas inisiatif dari Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Jeneponto karena melihat kondisi Perempuan di Jeneponto yang sangat memprihatinkan.
Masih banyak di antara mereka yang belum paham pentingnya sebuah demokrasi. Sehingga perlu diberikan pemahaman yang mendalam dan secara intelektual tentang peran penting perempuan dalam proses demokrasi.
Dalam dialog tersebut, hadir tiga narasumber dari para perempuan hebat, pertama Dr Nuryanti Mustari SIP MSi (akademisi bidang ilmu pemerintahan), kedua Vonny Ameliani Suardi SE MH (anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan) dan ketiga Arhaidha Ali ST ( politik muda).
Ketua PC IMM Jeneponto, Asrianto menuturkan bahwa tujuan dari diadakannya dialog adalah untuk menghidupkan kembali semangat perempuan agar lebih produktif mengemukakan gagasan dan mengambil banyak peran di era modern ini.
“Dialog Keperempuanan di hari sumpah pemuda ini sebagai upaya proses penyadaran kaum perempuan agar lebih produktif dan melek terhadap politik. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan memiliki peran penting dalam menyukseskan pesta demokrasi nanti,” paparnya.
Ia menambahkan, bahwa dialog ini juga untuk membantah stigma-stigma masyarakat tentang perempuan hanya bisa di ranah domestik dan tidak mampu atau tidak perlu tampil di ruang-ruang publik.
Salah satu pemateri Dr Nuryanti Mustari SIP MSi mengatakan, perempuan hari ini jangan manja, jangan mau diistimewakan tapi kita harus meningkatkan value kita sebagai seorang perempuan.
“Sosok perempuan hebat adalah perempuan-perempuan yang mampu meningkatkan value, mampu mengikuti perkembangan zaman karena sekarang zaman sudah semakin modern,” ucapnya.
Menurutnya, perempuan harus bisa menjadi aktor, tampil di ruang-ruang publik menyuarakan gagasan dan ide-idenya.
“Perempuan dan laki-laki memiliki posisi yang sama untuk turut andil sebagai subjek pembangunan jangan selalu mau jadi objek,” tegasnya. (*)
Penulis Nurmiati Editor Nely Izzatul