PWMU.CO – Ekskul urban farming Ponpes An Nur Sidoarjo panen kompos organik. Kompos terbuat dari limbah dapur itu dipanen pada Selasa (24/10/23).
Peserta ekstrakurikuler urban farming SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin bangga. Dua kali ini para santri Ponpes An Nur Sidoarjo itu panen produk kompos organik yang terbuat dari limbah dapur.
Para santri diajak untuk memanfaatkan limbah yang terbuang menjadikan sebuah barang bernilai seperti pupuk organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, kegiatan tersebut bisa menambah wawasan dan skill para santri sebagai bekal untuk melanjutkan kehidupan bermasyarakat, atau ke jenjang selanjutnya.
Muhammad Surya Pribadi, salah seorang peserta ekskul Urban Farming mengatakan, proses pengomposan limbah tersebut membutuhkan waktu maksimal dua bulan, sehingga benar-benar siap untuk menjadi media tanam/pupuk organik.
“Proses kegiatan ini kita bagi menjadi 3 tahap yakni proses awal adalah pengumpulan dan pemilahan, kedua pengolahan sampah, yang terakhir adalah kegiatan packing dan pemanfaatan/penjualan. Ketika semua sudah terkumpul, para santri melakukan proses pemilahan untuk memisahkan sampah non organik yang tercampur,” ujarnya.
Dijual ke Wali Santri
Pengolahan dilakukan di tempat khusus yang biasa disebut rumah kompos. Di sana, terdapat tiga lubang khusus yang dibuat untuk mendekomposisi kompos dari bahan organik menjadi pupuk organik. “Caranya adalah menumpuk bahan organik di salah satu lubang tersebut dan setiap lapisnya ditambahkan dengan abu sekam bersamaan dengan cairan Em-4, yakni starter bakteri supaya bahan tersebut cepat untuk terdekomposisi,” paparnya.
Proses tersebuat dilakukan berulang sampai tempat penuh lalu kita biarkan proses pembusukan berjalan selama 2-3 minggu. Ciri-ciri sampah yang sudah terdekomposisi dengan baik adalah warna sudah menyerupai tanah, tidak berbau, dan memiliki tekstur yang menggumpal ketika dikepal dan mudah hancur apabila ditekan.
Setelah sudah siap dipanen, para santri menyiapkan plastik/kemasan, timbangan dan sealer pres. Setelah dikemas, kompos dijual kepada wali santri dengan harga Rp 5 ribu dengan takaran 5 kg.
“Saya sangat senang ikut ekstra ini , karena tahu cara mengelola limbah organik menjadi kompos dan dari sini saya bisa mendapatkan ilmu sekaligus uang,” imbuh Muhammad Surya Pribadi. (*)