PWMU.CO – Kebangkitan Islam periode kedua, diyakini akan dimulai dari Indonesia. Fase kedua kejayaan Islam itu menjadikan Muhammadiyah sebagai pemicunya. Keyakinan itu disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur DR M Saad Ibrahim dalam pengajian Ahad pagi keluarga besar Muhammadiyah Benjeng Gresik.
”Tanda-tanda itu sudah terjadi dan terlihat. Saya yakin itu akan terjadi,” ujarnya di depan ratusan jama’ah yang memadati Pondok Entrepreneur Muhammadiyah Benjeng Gresik, Ahad (9/7).
(Baca: Sejak Jaman Nabi, Islam Selalu Toleran dengan Pemeluk Agama Lainnya)
Tanda itu sudah terbaca saat KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912. Atau 12 tahun sebelum kekuasaan Islam jatuh di tangan peradaban barat pada 1924. Apa yang dilakukan KH Ahmad Dahlan adalah mengerakkan peradaban Islam lewat kerja nyata.
KH Ahmad Dahlan mengaktualisasikan gerakan pemikiran Islam yang banyak dikumandangkan para pemikir-pemikir Islam modern kala itu. ”Masa itu, di timur tengah, banyak sekali pemikir-pemikir Islam. Mulai Muhammad Abduh, Rasyid Ridho dan lainnya. Tetapi, semuanya hanya berhenti pada pemikiran. Di Indonesia, KH Ahmad Dahlan mewujudkan dalam gerakan nyata. Secara riil lewat berbagai amal usaha yang kini menjamur,” ungkapnya.
Dalam perjalanan waktu, Muhammadiyah berkembang sedemikian besar. Kiprahnya tak hanya diperhitungkan di nasional, tetapi juga internasional. ”Sudah banyak pengakuan dan apresiasi yang diberikan. Tetapi bukan itu yang kita cari. Bahwa gerakan peradaban berkemajuan ini harus terus menerus digerakkan. Sampai dengan kejayaan Islam yang kedua kalinya hadir di muka bumi ini,” jelasnya.
(Baca juga: Ini Kunci untuk Membangun Kembali The Golden Age of Islam)
Muhammadiyah, terang Saad, harus miliki keyakinan dan optimisme itu. Ini juga pernah dicontohkan Nabi Muhammad beribu abad lampau. Tepatnya, saat paman Nabi, Abu Thalib sakit keras dan dibesuk beberapa tokoh Qurais seperti Abu Jahal, Abu Sofyan dan lainya.
Diceritakan, selain berkunjung, para tokoh Qurais ini juga hendak bernegosiasi dengan Nabi terkait dengan gerakan dakwah yang dilakukan. Saat itu, Nabi hanya mengajukan satu syarat pada Abu Jahal dan lainya untuk mengucapkan satu kalimat. Dimana kalimat ini yang akan menjadikan Romawi dan Persia (dua negara super power waktu itu), akan takluk di pangkuan para tokoh ini. Apa kalimat itu? Ucapkan Tiada Tuhan Selain Allah.
Tentu Abu Jahal dkk tak mau. Tetapi, yang ingin perlu di garis bawahi, bagaimana Nabi kala itu berfikir jauh ke depan. Bahwa Islam ini yang akan menjatuhkan Romawi dan Persia. Sampai beliau wafat memang belum jatuh, tetapi generasi berikutnya, membuktikan kebenaraan keyakinan Nabi ini.
”Kita pun demikian. Meyakini bahwa Muhammadiyah ini akan menjadi pemicu lahirnya kembali kejayaan Islam yang pernah gemilang di masa lalu,” tegasnya. (ram surahman)