PWMU.CO – SMK Muda Workshop Penyelarasan Pembelajaran Berbasis Dunia Kerja di Aula SMK Muhammadiyah 2 (SMK Muda) Genteng Banyuwangi Jawa Timur, Rabu (1/11/2023).
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, mulai dari tanggal 1-2 November 2023. Sebanyak 59 orang guru SMK Muda mengikuti kegiatan ini. Dengan mendatangkan pemateri Koordinator Kurikulum Pintar Bersama Daihatsu Jawa Timur dan Bali, M Sajidin SPd. Acara dibuka oleh Kepala SMK Muda, Tamyis Rosidi MPd.
Dalam sambutannya Tamyis Rosidi mengatakan acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan SMK Pusat Keunggulan Bidang Teknologi Manufaktur dan Rekayasa Teknik Kendaraan Ringan SMK Muda.
“Kita harus belajar terus. Tidak boleh merasa seperti botol sudah penuh, sehingga tidak mau menuntut pengetahuan lagi. Maka mari kita serap ilmu melalui workshop ini,” ajaknya.
Pemateri M Sajidin memaparkan materi kurikulum pembelajaran. Dia mengajak peserta workshop untuk membandingkan dua kurikulum. Antara kurikulum merdeka dengan kurikulum penyelarasan Daihatsu. Sambil dia menampilkan slide PPT-nya.
Jika di kurikulum merdeka ada mata pelajaran (mapel) sejarah umum, maka di kurikulum penyelarasan ada pengembangannya agar selaras dengan industri. Sehingga mapelnya menjadi Sejarah Umum ditambahkan dengan materi Sejarah Otomotif.
Begitu pula mapel bahasa Inggris yang dikategorikan masuk mapel produktif, maka content pembelajarannya harus disinkronkan dengan kompetensi keahlian. Untuk Teknik Kendaraan Ringan, maka materi seperti dialog ataupun description, harus memuat tentang kendaraan ringan (mobil).
“Ini yang menjadi persoalan bagi guru. Bagaimana tidak? Guru yang biasanya mengajar sejarah murni, kini harus juga mengajarkan sejarah otomotif,” ulasnya.
Suasana workshop berlangsung dengan lancar. Bertambah seru saat M Sajidin menyuguhkan sebuah ilustrasi tentang sebatang pohon yang harus dipanjat oleh ular, ikan, dan monyet.
Ada dua orang guru yang merespon ilustrasi tersebut, yaitu Iska Royani SPd guru PPKn dan Tondo Harjoyo SPdI guru Pendidikan Agama Islam. Keduanya memiliki argumen yang sama. Hal tersebut merupakan potret pendidikan yang kurang tepat. Bagaimana mungkin disamakan binatang itu untuk memanjat pohon hingga mencapai puncak, apalagi ikan.
“Tidak ada yang salah dari pendapat Bapak dan Ibu guru,” sela M Sajidin.
Namun ketahuilah, dunia kerja tidak melihat itu. Siapapun yang dapat mencapai puncak pohon itu, dialah yang akan direkrut ke Jakarta (perusahaan), karena memiliki upaya keras, sehingga mampu menggapainya. (*)
Penulis Taufiqur Rohman. Editor Ichwan Arif.