PWMU.CO – Perjuangan SD Muhammadiyah 10 menjadi satu-satunya sekolah penggerak di Kecamatan Pagak menjadi kenangan tersendiri bagi sang kepala sekolah, Arif Bambang Purwanto SPd.
Sekolah yang kini memiliki 144 siswa dari tiga kecamatan–yaitu kecamatan Pagak, Bantur, dan Donomulyo–itu pada 2022 ditetapkan sebagai sekolah penggerak oleh Kementerian Pendidikan. Saat itu, di kecamatan Pagak ada 29 SD negeri dan 1 SD swasta.
Kata Arif, SD Muhammadiyah 10 Pagak berdiri pada 8 Januari 2007. Suwarto bersama Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pagak menggagasnya. Sekolah ini berada satu lokasi dengan SMP Muhammadiyah 5 Pagak. Bertempat di Jalan Ahmad Yani No. 19 Sumbermanjingkulon, Kec. Pagak, Kab. Malang, Jawa Timur.
Arif lanjut mengenang, pada awal berdirinya, sekolah ini memiliki 2 ruangan. Yaitu 1 ruang guru dan 1 ruang kelas. “Pendaftaran tahun ajaran baru mendapat 8 siswa yang menjadi cikal bakal berlangsungnya pembelajaran di SD Muhammadiyah 10 Pagak. Pada sepuluh tahun pertama jumlah siswa mengalami pasang surut, bahkan pernah hanya mendapat dua siswa dalam satu angkatan,” terangnya.
Sebelum 2019, kata Arif, jumlah siswa tidak pernah lebih dari 75 siswa. Baru setelah tahun itu, jumlah siswa meningkat tajam dan setiap pendaftaran tahun ajaran baru tidak kurang dari 20 siswa yang mendaftar di SD Muhammadiyah 10 Pagak.
Langkah Menuju Sekolah Penggerak
Amanah sebagai sekolah penggerak bukan secara tiba-tiba, tetapi melalui proses yang dijalani Arif. Hingga akhirnya sekolah ini mendapat kepercayaan dan amanah sebagai sekolah penggerak oleh Kementrian Pendidikan.
Arif menyampaikan, “Awal mula menjadi sekolah penggerak angkatan III pada Februari 2022. Sebenarnya lima kepala sekolah (KS) ditunjuk oleh Korwil Disdik Pagak untuk mendaftar mewakili kecamatan Pagak, 4 KS negeri dan 1 KS swasta.”
Harapannya, sambung Arif, untuk mendapat Bantuan Operasional Kinerja. Waktu itu 1 tahun mendapat Rp 60 juta dengan syarat harus menjadi bagian dari sekolah penggerak. “Terbesit keinginan dan semangat harus lolos demi mendapatkan finansial itu. Tidak ada maksud lain, selain supaya mendapat BOS yang semoga bermanfaat untuk lembaga,” ungkapnya.
Perjalanannya, mulai dari seleksi administrasi, menjawab soal-soal asesmen awal hingga diakhiri wawancara sekitar akhir April 2022 oleh tim Seleksi KS Penggerak. “Alhamdulillah melalui SK Kemendikbudristek No.7883/C/HK.03.01/2022 tanggal 8 Agustus 2022 dinyatakan lulus sebagai peserta pelaksana sekolah penggerak angkatan III,” terang Arif
Di luar angan-angan, sambung Arif, ternyata setelah dinyatakan lulus, banyak hal yang harus dilalui lagi hingga empat tahun berjalan ke depan. Mulai dari penggemblengan Pelatihan Komite Pembelajaran (1 KS dan 2 guru) selama 1 bulan, In House Training (IHT) 6 hari, dan lain-lain hingga kontrak selesai. “Alhamdulillah di tahun pertama mendapat kucuran dana Rp 80 juta,” kenangnya.
Istiharsih, sang pengawas, lantas meminta kepada ketua PCM saat pembukaan IHT (In House Training) agar tidak mengganti kepala sekolah selama masa tiga tahun ke depan (2023-2026) walaupun masa jabatannya seharusnya diganti dengan yang lain.
Inovasi Sekolah Penggerak
Arif menekankan, dengan ditunjuk sebagai sekolah penggerak, maka kepala sekolah dan guru berusaha mencari inovasi dan kreasi agar pembelajaran lebih berkesan dan sesuai visi misi sekolah penggerak. Meski di tengah keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki lembaga.
Di antara keuntungan sebagai sekolah penggerak, kepala sekolah dan guru sering mendapat bimbingan dan arahan dari pengawas dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. “Sehingga nantinya diharapkan bisa menerapkan kurikulum dengan baik dan mampu mengimbaskan kepada sekolah-sekolah yang lain, terutama di tingkat kecamatan,” imbuh Arif.
Alhasil, inovasi yang terjadi ialah penataan kelas dan dekorasinya, kelengkapan sarana dan prasaranya, serta dalam pengajaran dan hubungan dengan wali murid. Ada beberapa program yang digulirkan untuk menyuksekan program sekolah penggerak. Salah satunya Jumat Sehat.
“Setiap hari Jumat para siswa diwajibkan membawa bekal makanan sendiri dari rumah,” ujarnya saat diwawancarai PWMU.CO, Sabtu (4/11/2023).
Ada pula Kamis Bahasa Jawa. Melalui program ini, guru dan siswa membiasakan berbahasa Jawa halus. Selain itu, ada bimbingan khusus bagi anak-anak yang terlambat membaca dan program-program lainnya. Ekstra dan program sebelumnya tetap dijalankan, bahkan diusahakan ada perbaikan.
Kegiatan atau ekstra yang ada di antaranya shalat Dhuha setiap pagi, demonstrasi hafalan al-Quran secara bergantian, shalat Dhuhur berjamaah, mengaji metode Ummi, Tapak Suci, Pramuka, dan menari. (*)
Penulis Abu Hisyam Liadi Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni