PWMU.CO – Wakil Ketua PWM Jatim Dr M Sholihin Fanani MPSDM mengungkap penelitian di Jawa Timur mengenai penggunaan handphone pada anak-anak oleh Lembaga Perlindungan Anak Jatim.
Penelitian berlangsung di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Hasilnya 8 dari 10 anak SD telah membuka dan menonton videop porno.
”Hasil penelitian teman saya, 8 dari 10 anak SMP telah memiliki pacar dan sudah melakukan hubungan layaknya suami istri,” kata M. Sholihin saat memberikan sambutan di Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) MPID (Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi) PWM Jawa Timur di Gedung Muhammadiyah Jatim Jl. Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (4/11/2023).
Kasus seperti ini, kata dia, dapat menjadi perhatian MPID. ”Mengapa ini saya sampaikan, saya pesan kepada MPID bahwa tanggung jawabnya bukan hanya menulis, tapi juga ini dapat menjadi perhatian,” ujar Sholihin
Kemudian dia memaparkan data terkait budaya baca di Indoneisa sebelum pandemi dan seusai pandemi Covid-19.
”Budaya membaca pada sebelum pandemi memiliki estimasi waktu antara 20-30 menit. Setelah pandemi budaya membaca di Indonesia, mohon maaf, turun menjadi 15-10 menit,” tandasnya.
Lantas Sholihin menjabarkan penelitian pada tahun 2014. Budaya literasi di Indonesia menduduki peringkat 162 dari 164 negara.
”Ini menunjukkan budaya literasi di Indonesia belum berkembang dengan baik. Masyarakat cenderung mendengarkan cerita dari mulut ke mulut daripada membaca,” ujarnya.
Cara paling gampang mengetahui budaya baca itu tinggi atau rendah, sambung dia, meminta hadirin angkat tangan siapa membawa buku bacaan di ruang ini.
”Ternyata tidak ada yang bawa buku untuk bahan bacaan. Jadi saudara itu ikut menyumbang peringkat literasi Indonesia rendah,” selorohnya yang disambut tawa hadirin.
Dia mengungkapkan, menulis itu kecerdasan tertinggi dalam akademik sehingga perlu diperhatikan.
”Orang akademik bisa mendapatkan ilmu dari empat hal, yaitu menyimak, mendengar, membaca, dan menulis,” kata dia.
Budaya membaca memang didukung oleh sistem pendidikan. Dia mencontohkan di Australia, siswa wajib membaca satu buku dalam satu pekan. Ini berpengaruh pada budaya baca tinggi.
Budaya baca rendah kalau dibiarkan, menurut Sholihin, membuat masyarakat tidak kritis, dan tidak selektif untuk menerima informasi.
”Ini bahaya. Mau dikapitalisasi, mau dipolitisasi, mau diapakan saja masyarakat sekarang tergantung siapa yang membawa informasi karena budaya kita bukan budaya baca, apalagi budaya menulis,” ucapnya.
Dia membandingkan lagi, jumlah penelitian dan karya tulis di Indonesia dengan Malaysia beda jauh. Satu tahun Indonesia memiliki 800 karya ilmiah yang diterbitkan secara internasional. Sedangkan di Malaysia sudah 3000 sampai 5000-an karya tulis.
Karya tulis di Indonesia itu, ujar dia, ditengarai ada dari hasil plagiat. ”Ini terjadi karena mahasiwa dan masyarakat sekarang jarang sekali sobo perpustakaan, ga ada sekarang. Karena budaya sekarang adalah copy-paste,” ucapnya.
Pengalamannya begitu. Mengajar di kampus, mahasiswa mengeluh kalau disuruh membuat makalah. Menuduh dosennya killer. Padahal budaya menulis adalah budaya yang bisa mencerdaskan dan juga memperbaiki bangsa terutama dalam mereparasi otak.
Dia menyarankan MPID harus fokus pada penyediaan informasi yang valid dan tepercaya. Saat ini sekitar 80 persen informasi yang kita terima dari media sosial adalah hoaks.
Di masa lalu, ujar dia, media memainkan peran penting dalam kemajuan masyarakat dan negara, namun saat ini media kurang aktif dalam mengkritisi kebijakan.
”Dahulu masyarakat yang kuat dipengaruhi oleh media, tetapi sekarang banyak media yang melakukan copy-paste,” tandasnya.
Majalah yang populer pada tahun 90-an, seperti Panji Masyarakat, Ulumul Quran, Prisma sudah berhenti terbit. Kita bersyukur Suara Muhammadiyah dan Suara Aisyiyah masih terbit hingga kini.
Dia pun menambahkan bahwa punahnya berbagai majalah yang menjadi sumber informasi sebagai ilmu-ilmu yang dibutuhkan masyarakat maka akan berkurang pula budaya membaca yang positif.
Pengaruhnya masyarakat berpindah pada informasi negatif. Jika hal tersebut tidak ditangani dengan baik, dapat menghasilkan konflik perbedaan pendapat.
Maka, ujar dia, ada tiga tugas MPID. Pertama, mengatasi isu-isu internal. Kedua, menghadapi tantangan eksternal. Ketiga, ikut berperan dalam upaya menjaga masa depan dan kehidupan bangsa in melalui informasi-informasi yang valid.
Penulis Ario Khairul Habib Editor Sugeng Purwanto