PWMU.CO- Wasiat KH Ahmad Dahlan disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Dr Hidayatulloh dalam Rakerda Majelis Dikdasemen dan PNF PDM Sidoarjo di Prigen, Ahad (5/11/2023).
Rakerda Majelis Dikdasmen diikuti kepala sekolah, anggota Majelis Dikdasmen dan PNF, dan PCM se PDM Sidoarjo.
Awalnya Hidayatulloh mengingatkan, pimpinan AUM harus selalu berusaha meningkatkan dan mengembangkan AUM dengan sepenuh hati, sehingga mempunya keunggulan dan berdaya saing.
”Jika anda ingin memiliki AUM pendidikan yang berkembang dan meningkat, maka anda harus sangat serius dalam mengelola AUM pendidikan itu,” tutur Hidayatulloh.
Dia mengajak seluruh peserta untuk melihat sekolah yang unggul. Dari sekolah yang unggul maka akan terlihat baik secara akademik maupun non akademik, termasuk tata kelola, sumber daya manusia (SDM), dan keuangan yang serius dalam pengelolaannya.
Mengembangkan dan meningkatkan persyarikatan Muhammadiyah dan amal usaha dengan sepenuh hati merupakan wasiat KH Ahmad Dahlan.
Dia menuturkan, menjelang wafatnya, KH Ahmad Dahlan menyampaikan wasiat.
”Mengingat keadaan tubuhku kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua. Sedangkan aku tdiak punya harta benda yang aku tinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian. Karena itu aku titipkan Muhammadiyah kepada sekalian dengan penuh harapan engkau sekalian mau memelihara dengan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya,” ungkap Hidayatulloh menyampaikan wasiat KH Ahmad Dahlan.
Hidayatulloh menjelaskan, KH Ahmad Dahlan menyebut ’anak-anakku semua’ itu maksudnya adalah anak-anak ideologis.
Wasiat itu menegaskan agar pewaris Muhammadiyah sepenuh hati dalam memelihara dan menjaga Muhammadiyah agar terus berkembang.
”Kalau ada penurunan dalam mengelola persyarikatan dan AUMnya maka harus kita koreksi secara serius. Karena wasiat KH Ahmad Dahlan adalah agar Muhammadiyah terus berkembang selamanya,” ujar Hidayatulloh.
Dia juga memberi contoh bagaimana dalam mengembangkan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dengan sepenuh hati dan serius.
”Saya terus meyakinkan semua orang untuk serius mengembangkan dan meningkatkan Umsida. Tidak ada yang tidak serius dalam membicarakan berbagai hal dalam menggerakkan AUM. Jangan setengah-setengah dalam mengembangkan amal usaha,” tandasnya.
Setelah tugas pengembangan Muhammadiyah dengan sepenuh hati dan serius, Hidayatulloh menambahkan diperlukan sinergi.
”Kita akan bisa melahirkan amal usaha unggulan. Dalam upaya ini tentu tidak hanya keseriusan, juga diperlukan sinergi. Persyarikatan Muhammdiyah sejak awal didirikan dibangun dengan penuh sinergi,” ungkapnya menandaskan.
Dikisahkan, dalam sejarah KH Ahmad Dahlan, meski sebagai inisiator berdirinya Muhammadiyah, namun tidak menunjukkan otoritasnya. KH Ahmad Dahlan masih meminta pendapat orang lain.
”Misal usulan nama Muhammaidyah. Ini diusulkan dari muridnya bernama Sangidu. Dari hasil istirkharahnya cocok. Artinya semua orang diberi ruang. Memberi kesempatan semua orang untuk memberi kontribusinya terbaiknya,” ujar Hidayatulloh menegaskan.
Bercita-cita Besar
Untuk mewujudkan pengembangan yang bekelanjutan,maka diperlukan cita-cita besar. Pesan ini dia terima deari Menteri Pendidikan Nasional (2001-2004) Prof Malik Fadjar kepadanya.
”Dalam hidup ini anda boleh tidak punya apa-apa, tetapi anda harus punya cita-cita, keinginan tentang masa depan.Dengan cita-cita itu kita punya semangat, ghirah, kita punya energi yang menggerakkan diri kita untuk melakukan sesuatu,” ujar Hidayatulloh mengenang pesan Prof Malik Fadjar.
KH Ahmad Dahlan punya cita-cita yang sangat besar sekali bagaimana membangun Indonesia, dan umat. Dia membina berbagai bidang usaha yang diformulasikan dalam Muhammadiyah.
Hidayatulloh menggarisbawahi bahwa jika ingin membesarkan Muhammadiyah maka kita harus punya proyeksi bersama. Dalam konteks ini antara Majelis Dikdasmen dan PNF dan kepala sekolah.
”Majelis Dikdasmen punya cita-cita, kepala sekolah punya cita-cita, maka ini harus dipertemukan. Tidak boleh satu ke kanan satunya ke kiri,” ujar Hidayatulloh.
”Kalau sudah bertemu jangan mudah mengubah mimpi itu. Kalau sampai jadi kepala sekolah kemudian diganti, berarti tidak serius,” katanya.
Penulis Kumara Adji Kusuma Editor Sugeng Purwanto