PWMU.CO – Pesantren Kilat Baitul Arqam (PKBA) gelombang 2 berlangsung di Universitas Muhammadiyah Gresik, Ahad (5/11/2023).
Pesertanya mahasiswa baru. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik M Toha Mahsun menjadi narasumber materi Kemuhammadiyahan.
Dia mengajak mahasiswa membuka mindset agar dapat menerima yang baik, tidak menerima yang buruk, tidak boleh kolot kalau ada yang baik.
“Siapa yg mau jadi dukun? Daerah mana kira-kira tempatnya ini?” katanya sambil menayangkan tiga slide perdukunan, klenik, dan sedekah laut.
Dia mengatakan, Mohammad Darwis nama asli KH Ahmad Dahlan, berguru untuk menambah wawasan dan pengetahuan sampai ke Arab Saudi.
”Sekembalinya belajar, melihat kondisi masyarakat muslim maka tergerak untuk mengembalikan kepada ajaran Islam yang benar sehingga akidah masyarakat tidak rusak,” ujar lulusan S2 UM Surabaya ini.
Menurutnya, KH Ahmad Dahlan merasa kalau berdakwah sendiri akan lambat, maka mengajak teman-temannya untuk mendirikan organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 1912.
Kiai Dahlan menyampaikan surah Ali Imran: 104 sebagai dasar dakwahnya. “Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan mereka itulah orang-orang beruntung.“
Toha Mahsun menyampaikan, Gold, Glory, Gospel sebagai misi penjajahan ke masyarakat nusantara saat itu sebagai faktor eksternal yang membuat KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah agar manusia-manusia di nusantara ini tidak mudah terjajah, terbodohi oleh para kolonial yang hanya ingin mengeruk sumberdaya.
”Istilah Trigi bukan hanya dikenal saat ini untuk jaringan komunikasi, dulu ada juga teori three G oleh kaum penjajah di nusantara ini,” seloroh mantan kepala SMK 5 Gresik.
Dijelaskan, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari, punya guru yang sama. Kemudian mendirikan organisasi yang berbeda. ”Kalau ada yang bertengkar karena perbedaan, mereka berarti bisa jadi belum mengetahuinya sejarah itu,” ujarnya.
“Lha wong banyak persamaannya kok golek perbedaannya” sambungnya disambut tepuk tangan mahasiswa.
Persyarikatan Muhammadiyah meneladani gerakan pendirinya dengan mengentaskan kemiskinan, mencerdaskan masyarakat, dan peduli terhadap perempuan dalam bentui aksi nyata.
“Di Muhammadiyah fondasi gerakannya menumbuhkan berbagai amal usaha Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Itulah cara Muhammadiyah meneladani pendirinya,” tuturnya dengan intonasi semangat.
Dalam acara Pesantren Kilat Baitul Arqom bagi mahasiswa baru UMG, Toha Mahsun juga menjelaskan lambang-lambang Ortom Muhammadiyah kepada mahasiswa untuk mengenal dan memahami maknanya.
Penulis Kholid Achmad Editor Sugeng Purwanto