PWMU.CO – Perpustakaan cerminkan kualitas pendidikan perguruan tinggi. Penasihat Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (FPPTMA) Prof Dr Asep Nurjaman MSi menyampaikan ini pada pembukaan Seminar Nasional bertajuk ‘Pendidik Berprestasi: Menciptakan Dampak melalui Tulisan’, Selasa (7/11/2023).
Karena Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) terpilih sebagai tuan rumah seminar nasional, di awal sambutannya, Prof Asep mengakui bukan pertama kalinya ke Kota Pudak. “Saya ingin mengenang masa lalu di Gresik, maka saya putuskan datang ke UMG,” ujarnya. Pasalnya, pagi itu bersamaan dengan agendanya ke Semarang.
Dia lantas mengapresiasi tema ‘Pendidik Berprestasi: Menciptakan Dampak melalui Tulisan’ yang diangkat pada Seminar Nasional ini. Prof Asep menilai, bagaimana tema tersebut mengaitkan pendidikan berkontribusi di perkembangan tulisan, termasuk isu yang strategis.
“Universitas punya track ke depan. Perpustakaan juga punya track. Bagaimana mengembangkan ke depan, sinergitas perpustakaan dan pendidikan tidak boleh terpisahkan. Perpustakaan lemah, pendidkan juga lemah,” ungkapnya.
Prof Asep menegaskan, bagaimana perguruan tinggi bisa mengembangkan perpustakaan itulah cerminan kualitas pendidikannya. “Kalau perpustakaan berkembang, berarti perguruan tinggi itu concern dengan kualitas pendidikan!” imbuhnya.
Menurutnya, perguruan tinggi harus menghasilkan outcome, di antaranya berupa buku dan prosiding karya ilmiah. Namun, sambung Prof Asep, ada kemungkinan produk selain tulisan akademik. “Dalam konteks ini perpus harus mampu bersinergi,” tuturnya.
Prof Asep mengungkap, era metaverse kini tak bisa terelakkan. Karena itulah, dia mengimbau, pustakawan harus bisa beradaptasi dan berkontribusi dengan perkembangan pendidikan.
“Saya apresiasi UMG menjadikan perpustakaan punya peran strategis. Nanti perpustakaan berkolaborasi dengan dosen dan mahasiswa menyiapkan keperluan agar outcome itu bisa terealisasi,” ujarnya. Outcome ini berupa produk akademik.
Dia juga mengharuskan pustakawan mampu menyiapkan tools yang mendorong penulisan. Seperti Mendeley dan aplikasi untuk pencarian data misalnya.
“Pustakawan harus mampu parafrase. Membuat tulisan sendiri, minimal menyediakan format. Perpustakaan harus punya jurnal sendiri. Ini menjadi lahan pustakawan membuat tulisan yang sesuai kaidah,” imbuhnya.
Berpacu dengan Teknologi
Ketua Umum FPPTMA Irkhamiyati SIP MIP menyampaikan, Seminar Nasional ini bagian upaya untuk meningkatkan atmosfer akademik di lingkungan perguruan tinggi.
“Mas Menteri bilang ada program Merdeka Belajar. Seperti ini kita juga mendapat pembelajaran di luar kelas. Jarang mahasiswa kita belajar best practicenya Mas Gol A Gong, bagaimana jadi penulis hebat dan ulasannya berdampak,” terangnya.
Irkhamiyati menyadarkan, ini bagian upaya berpacu dengan teknologi. “Karena baca tulis sekarang di Whatsapp, di medsos, serba instan,” ungkapnya.
Menurutnya, di perguruan tinggi harus menempa mahasiswa untuk menulis. “Sekarang perpustakaan ramai nugas, bukan untuk membaca buku. Tapi nggak apa itu. Di perpus tidak melulu membaca buku. Pustawakan harus menyediakan buku untuk literasi,” jelas Irkhamiyati.
Bagaimana tulisan memberikan dampak? Dia mengharuskan peserta untuk berpacu dengan teknologi. “Teknologi bukan jadi pesaing yang menghambat. Itu justru harus jadi kultur yang baik ke depan. Dulu yang minat bacanya belum tinggi, dengan adanya teknologi harus bisa lebih tinggi,” tuturnya.
Mewakili FPPTMA, dia berterima kasih kepada UMG. Menurut dia, ini bagian gerakan taawun, wujud peduli yang dijarkan Kiai Ahmad Dahlan. “Kita peduli sesama. Sinergitas bersama, insyaallah memberikan maslahat untuk siapapun di sekitar kita,” ungkapnya.
Dia juga berharap, seminar ini bisa memberi motivasi Korwil di wilayah lain untuk memberdayakan pustakawan di Indonesia. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni