PWMU.CO – Kolaborasi media disarankan oleh Fahd Pahdepie untuk memajukan website Muhammadiyah yang sudah banyak jumlahnya.
Saran Fahd Pahdepie disampaikan dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) MPID (Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Acara berlangsung di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kerto Menanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (5/11/2023).
Fahd menjelaskan di Indonesia, saat ini terdapat 47.000 lebih media online. Dari jumlah ini, media yang telah terverifikasi Dewan Pers sejumlah 1.600 media.
Fakta bahwa jumlah media dari waktu ke waktu akan terus bertambah, sementara pembaca media cenderung stagnan. Kondisi ini menjadi asumsi dasar bahwa relevansi media menjadi hal yang sangat menentukan apakah suatu media bisa bertahan dan tetap menjadi pilihan masyarakat di tengah belantara media.
Karena itu dia menyarankan Muhammadiyah jangan membuat website baru lebih baik kolaborasi media yang sudah ada untuk memperbaiki konten, kualitas editing, dan menarik pembaca sebanyaknya.
Untuk mempertahankan relevansi media dengan membangun ekosistem terintegrasi. Integrasi berarti terus terhubung dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini tidak akan tercapai tanpa adanya kolaborasi media.
”Having the fact jumlah media itu terus bertambah banyak, jangan menambah jumlah yang sudah ada itu tapi memperkuat yang sudah ada, mengolaborasikan. Itu satu-satunya cara bersaing,” terang Fahd Pahdepie.
Dengan jumlah anggota Muhammadiyah sebanyak ini dia yakin bisa. Fahd menuturkan cara membangun ekosistem terintegrasi adalah dengan menurunkan ego dalam bermedia dan melakukan kolaborasi media.
Muhammadiyah Jawa Timur, menurut Fahd Pahdepie, adalah wilayah dengan pengelolaan media terbaik.
”PWMU.CO salah satu yang trafficnya terbaik di antara website Muhammadiyah, per bulan ada 256 ribu traffic. Suara Muhammadiyah 120 ribu traffic, dan Muhammadiyah.or.id dengan 500 ribu traffic,” ujar Fahd Pahdepie.
Menurutnya, tinggal sedikit lagi PWMU.CO akan bisa menyamai traffic Muhammadiyah.or.id yang kanal utama Muhammadiyah jika dikelola dengan ekosistem terintegrasi. Namun apa baiknya sesama website Muhammadiyah bersaing. Pilihan terbaik adalah kolaborasi.
Berbagi Pengalaman
Fahd berbagi pengalamannya membawa Inilah.com dari media dengan ranking 14.000 menjadi ranking ke-80 dalam kurun waktu 3 tahun.
Berkaca dari traffic Inilah.com yang sekarang mencapai 70 juta user dalam setahun dengan ekosistem 2,5 juta user.
Fahd Pahdepie menyampaikan keharusan media untuk tidak terjebak pada aspek-aspek yang hanya bersifat permukaan, seperti judul, framework, atau teori semata. Namun juga harus mempertimbangkan relevansi media.
Relevansi inilah yang menjadi kunci dari kemampuan media untuk bertahan di tengah persaingan media yang begitu ketat.
Fahd Pahdepie juga turut menjelaskan langkah-langkah untuk mencapai ekosistem terintegrasi sebagai bagian dari kolaborasi media.
Langkah-langkah tersebut seperti penentuan tujuan media apakah fame (terkenal), wealth (kaya), atau power (berkuasa). Tiga pilihan awal ini akan menentukan bagaimana langkah selanjutnya diambil.
Kata Fahd, ini berkaitan dengan masalah yang dihadapi media seperti pilihan cara bernarasi media, profil media yang tidak selaras dengan kondisi lapangan, hingga pembahasan soal media harus memahami pola pikir masyarakat.
Dia menyarankan, Muhammadiyah perlu segera keluar dari karakterisasi urban, terdidik, dan menengah-atas . Karena kenyataannya profil warga Muhammadiyah di lapangan tidak sesuai dengan karakterisasi tersebut.
Dia mengatakan dakwah Muhammadiyah harus menemukan narasi dan pendekatan baru di tengah masyarakat yang berubah.
”Di tengah masyarakat yang berubah, religiusitas dan spiritualitas masyarakat ikut berubah. Apakah Muhammadiyah bergerak ke sana?” ujar alumnus Universitas Monash Australia ini.
Fahd menjelaskan, pertumbuhan ekonomi masyarakat jarang dikaitkan dengan kecenderungan beragama dan tingkat spiritualitasnya.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, kata dia, melihat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan kecenderungan beragama ini menjadi sangat penting—karena kekhususan konteksnya. Terutama fenomena munculnya new born muslims atau komunitas hijrah.
Penulis Fatma Melani Putri Editor Sugeng Purwanto