PWMU.CO – Kisah pertempuran 10 November 1945 dalam Sebuah Puisi; Oleh Fathurrahim Syuhadi
10 November 1945
Ketika itu
tanggal 10 November 1945
di Kota Surabaya
terjadi lautan api dan banjir darah
peperangan antara sekutu dan Arek-Arek Surabaya
di sana sini terdengar
peluru peluru berdesing
pedang pedang bergerimpingan
pekik dan suara takbir
allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar
Indonesia merdeka, merdeka
yang menggema di angkasa
Ketika itu
Arek-Arek Surabaya
dipimpin Bung Tomo
siap melabrak dan merobek
setiap musuh yang mendekat
seketika itu terasa
Arek-Arek Surabaya
tiada sedikit pun gentar
menghadapi musuh yang membagi buta
menyerang dari segala penjuru
darat, laut, dan udara
Banyak para pahlawan yang gugur sebagai syuhada
di medan laga, medan peperangan
demi mempertahankan kemerdekaan
Namun arek-arek Surabaya
tiada begitu saja menyerah
akan tetapi …
bertambah berani
tanpa sedikitnya gentar
Pertempuran berjalan terus
kedua pihak sama-sama ingin menang
dan mencari kebenaran
tetapi di pihak kitalah yang benar
di pihak sekutulah yang salah
detik-detik berikutnya
semakin menjadikan cemas
di sana-sini
mayat-mayat bergelimpangan
dengan kepala putuskaki patah
tangan terlepas dari badan
alangkah negerinya
sungguh perang itu kejam
dan banyak menimbulkan korban
Berapa lama akhirnya
suatu keanehan yang tiada duga
Arek-Arek Surabaya
bersorak sorak kegembiraan
atas kemenangan dan keberhasilannya
dalam menumpas musuh
yang ingin menjajah Indonesia kembali
Indonesia tetap merdeka
sekali merdeka, tetap merdeka
lebih baik mati, daripada dijajah kembali
Itulah semboyan para pejuang kita
perang telah usai
kini Kota Surabaya
tinggal puing-puing saja
gedung yang dulu megah
hotel yang begitu ramai
sekarang telah datar dengan tanahKota Surabaya telah sepi
bagaikan kota mati
Sekarang telah berdiri tutu besar
Tugu Pahlawan
sebagai kemenangan perang
10 November 1945
Kota Surabaya
kusebut Kota Pahlawan
tempat bersemayam para pahlawan
demi mempertahankan kemerdekaan
wahai para pahlawan
kuucapkan terima kasih
atas perjuanganmu
dalam membela bangsa
10 November 1945
Surabaya
kusebut kau Kota Pahlawan
Editor Mohammad Nurfatoni