Pendidikan Karakter
Tidak hanya urusan akademik, masalah karakter juga tak luput dari pembicaraan. Prof Imam yang sukses mengembangkan pesantren di lingkungan UIN dan banyak dicontoh universitas Islam Indonesia ini, mengatakan, pesantren sangat potensial untuk membangun karakter santri. Karena mereka tinggal dua puluh empat jam di pesantren.
Selama di pesantren, katanya, santri dilatih kemandiriannya, mulai dari bangun tidur, shalat, mengaji, doa, dzikir, makan, minum, mandi, berteman, bergaul dengan pengasuh dan memenuhi kebutuhan pribadi lainnya.
“Di sini sesungguhnya santri berlatih untuk memahami orang lain seperti sikap, perilaku, watak, akhlak, dan kepribadiannya. Ini menjadi bekal penting untuk masa depannya,” tegas Prof Imam dengan mimik serius.
Selanjutnya ia mengatakan, leadership santri dapat ditumbuhkembangkan dengan memberi waktu yang cukup bagi mereka untuk tampil dalam banyak kegiatan di pesantren seperti muhadharah, khotbah Jum’at, kata sambutan, master of ceremonial, pengurus kamar, pengurus asrama, kegiatan intra dan ekstra pesantren serta keterlibatan dalam kepanitiaan kegiatan.
Di akhir perbincangan dan ini yang sangat menarik dari pesan Prof Imam adalah tentang kesejahteraan bagi pengelola pesantren. Ustadz/ustadzahnya sebaiknya digaji yang layak dan dijamin masa depannya. Mereka sudah banyak berkorban untuk santri dan pesantren. Sudah selayaknya mereka mendapat penghargaan yang sepadan.
“Kalau mereka sejahtera dan urusan dapur terselesaikan, insyaallah mereka akan lebih fokus dan lebih serius dalam mendidik santri dan mengurus pesantren,” kata Prof Imam Suprayogo seraya berpamitan menuju Malang Kota.
Terima kasih Prof Imam Suproyogo atas kunjungan yang mendadak dan tiba-tiba ke PEM Gondanglegi. Sangat memotivasi dan menginspirasi. Semoga pesan-pesan Prof Imam dalam waktu dekat dapat kami eksekusi dan terealisasi. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni