PWMU.CO – Tim Robot Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil meraih prestasi gemilang dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tim yang beranggotakan tiga mahasiswa program studi Teknik Elektro UMM, Imam Hanafi, Abdul Syukron, dan Alfan Achmadillah Fauzi sukses menjadi juara dua pada kategori Robot Pemadam Api.
Robot UMM yang diberi nama Dome menjadi runner up dalam ajang bergengsi tingkat nasional pada 8-9 Juli 2017. Khusnul Hidayat, pembimbing lapangan yang juga dosen Teknik Elektro UMM menyatakan, robot milik UMM sejumlah keunggulan, salah satunya unggul dalam hal kecepatan dan mapping.
(Baca: Juarai KRI, Tim Robot UMM Wakili Indonesia dalam Kontes Robot Internasional di Amerika Serikat)
”Robot Dome memiliki kecepatan tertinggi di Indonesia setelah ITS. Selain itu, dalam hal mapping, robot Dome juga tidak mengalami kebingungan dalam pemetaan arena, mengenali room, berjalan mencari titik api, maupun kembali ke titik start,” ujar Khusnul saat ditemui arena Workshop Robotika UMM.
Meski begitu, ada beberapa hal menjadi evaluasi robot Dome. Salah satunya akurasi robot Dome dalam menyemprot air ke titik api belum sepenuhnya lurus berhadapan. Ada kemiringan sekitar 20 derajat. Robot Dome juga menggunakan alat penyemprot air (nozzle) berukuran kecil.
”Kelebihannya, air yang keluar dari lubang nozzle tidak terlalu banyak, sehingga jika api belum padam, maka persediaan air bisa lebih lama,” urai Khusnul.
Sistem pemadaman dan penyemprotan api juga akan dievaluasi. Pada robot Dome, kata Khusnul bahan yang digunakan sebagai pemadam api adalah air. Menurut peraturan KRI, ada dua bahan yang dibolehkan untuk memadamkan api, yaitu air dan gas.
(Baca juga: Hebat! Dua Tim UMM Rajai Kontes Robot Internasional di Amerika Serikat)
”Peraturan ini sedikit berbeda dengan tahun lalu yang membolehkan angin sebagai pemadam api. Tahun lalu, kami menggunakan angin sebagai pemadam. Tahun ini, robot Dome terhitung baru karena mencoba menggunakan air. Sehingga, memang masih perlu evaluasi lagi,” terang Alfan.
Robot Dome membutuhkan waktu 23 detik untuk mencari titik api dan memadamkannya. Selisih poin yang diraih UMM tak berbeda jauh dengan yang diperoleh Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) sebagai juara tiga, yakni 0,8. Sementara, UGM yang mampu mematikan api berhak atas juara pertama. Menurut Khusnul, hal ini salah satunya disebabkan oleh jenis lilin yang berbeda dengan yang digunakan saat latihan.
”Struktur bahan pembuat lilin berbeda, sumbunya juga lebih keras, warna lilin ini tampak lebih transparan dibandingkan lilin biasanya. Ini yang tidak kami prediksi sebelumnya,” ujar Khusnul.
Selisih poin yang diraih UMM tak berbeda jauh dengan yang diperoleh Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) sebagai juara satu, yakni 0,8. Dijelaskan bahwa Tim Robot UMM berhasil memadamkan api di sesi pertama dan kedua. Tapi di sesi ketiga, UMM tidak berhasil memadamkan api. ”Ini yang akan jadi evaluasi kami,” terang Alfan, salah satu anggota tim robot UMM.
Robot Dome memiliki dimensi panjang 27 cm, lebar 28 cm, dan tinggi 26 cm dengan kapasitas air 50 ml. Dimensi ini menjadikan robot Dome sebagai robot dengan ukuran terkecil dibandingkan robot kampus lain.”Ke depan, ada kemungkinan robot Dome mengubah ukuran nozzle yang dipakainya dan mengubah bahan pemadam, yakni menggunakan gas,” tutur Alfian. (hum/aan)