Kisah Sahabat Nabi di Ceramah Ustadz Adi Hidayat

Kisah sahabat Nabi
Ustadz Adi Hidayat ceramah Tabligh Akbar di UM Surabaya. (Basirun/PWMU.CO)

PWMU.CO – Kisah sahabat Nabi di ceramah Ustad Adi Hidayat disampaikan dalam Tabligh Akbar Milad Muhammadiyah ke-111 berlangsung di Masjid al-Khoory Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sabtu (4/11/2023) bakda Subuh.

Acara Tabligh Akbar ini diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya.

Dalam awal ceramah Ustadz Adi Hidayat menjelaskan surat al-Baqarah: 185.

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ ….

Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk

Lantas dia menuju papan tulis. ”Baik, saya akan menjelaskan tentang hudan di papan,” kata Ustadz Adi Hidayat (UAH) setelah mengambil spidol.

” Sudah kelihatan?” tanyanya.

”Sudah…” jawab jamaah serempak.

”Baguslah. Belum saya tulis sudah kelihatan,” candanya disambur gerrr… para jamaah.

Hudan itu, katanya, artinya petunjuk atau pedoman hidup bagi manusia. Al-Quran adalah kurikulum kehidupan untuk menuju kebahagiaan hidup.

Lalu dia menjelaskan, para sahabat nabi konsep hidupnya adalah al-Quran. Sahabat Ali bin Abi Thalib adalah sahabat yang ahli Matematika. Hal ini banyak yang tidak diketahui.

UAH lantas menyampaikan kisah sahabat Nabi. Zaman Khalifah Ali bin Abu Thalib, suatu ketika ada sepasang suami istri datang minta keadilan. Dia minta supaya istrinya dirajam dengan alasan telah berzina. Sebab baru menikah enam bulan sudah melahirkan. Sedangkan suami tidak punya saksi dan bukti.

”Apakah kamu berzina?” tanya Ali kepada perempuan itu.

”Tidak pernah ya Amirul Mukminin,” jawab perempuan itu.

Kemudian Ali memutuskan perempuan itu benar. Suaminya tidak percaya. Kemudian Ali membacakan surat Al-Ahqaf ayat 15 yang artinya Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah 30 bulan.

Kemudia Ali juga membacakan surat Lukman ayat 14 yang artinya Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam 2 tahun.

Dari dua ayat ini Ali menjelaskan, dua tahun sama dengan 24 bulan, sedangkan Al-Ahqaf ayat 15 menerangkan ibu mengadung dan menyapih anaknya selama 30 bulan.

Jadi 30 bulan dikurangi 24 bulan adalah 6 bulan.

”Jadi benar, istrimu melahirkan bayi prematur,” tegas Ali kepada sang suami.

Kisah sahabat Nabi lainnya kemudian diceritakan. ”Abdurrahman bin Auf,” katanya, ”Sebelum masuk Islam sudah kaya. Setelah masuk Islam kebangeten kayanya.”

Dikisahkan, setelah masuk Islam Abdurrahman bin Auf diancam oleh pemimpin Quraisy. Kalau tetap tinggal di Mekkah seluruh kekayaannya aman. Kalau mengikuti Rasulullah hijrah ke Yatsrib, seluruh hartanya dirampas.

Karena sudah mantap keislamannya, maka Abdurrahman memilih mengikuti Rasulullah.

Giliran istrinya. Juga diancam tetap di Mekkah dengan berlimpah harta atau ikut suami yang sudah tidak punya apa-apa.

”Karena ibu-ibu ada jauh di sana, maka yang saya tanya bapak-bapak sajalah. Kira-kira apa pilihan istrinya,” kelakarnya.

”Tetap di Mekkah dan kawin lagi…!” seru jamaah sambil tertawa.

”Benar, istrinya memilih tetap di Mekkah,” kata UAH.

Sesampainya di Yatsrib, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin ar-Rabi’, penduduk anshar paling kaya. Kemudian Sa’ad menawarkan sebagiah kekayaannya dan istri.

 ”Terima kasih. Semoga Allah memuliakan anda dengan pahala,” jawab Abdurrahman bin Auf. Dia menolak semua tawaran sahabat anshar. Dia hanya minta ditunjukkan pasar. Dia tidak mau menadahkan tangan tetapi ingin mempraktikkan al-Quran dengan berdagang.

Dengan bimbingan Rasulullah dan keyakinannya dengan al-Quran, Abdurrahman berdagang tepung dan minyak samin. Selama dua tahun dia sudah kaya di Madinah. Setelah tiga tahun dia jadi orang terkaya nomor satu di Madinah.

”Kekayaannya  270 triliun melebihi kekayaannnya ketika di Mekkah,” tutur UAH disambut tepuk tangan jamaah.

UAH mengungkapkan, Abdurrahman bin Auf menjadi inspirasi dan bahan risetnya karena sukses karier kehidupannya yang berkemajuan dengan spirif al-Quran.

Penulis Basirun  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version