PWMU.CO – Ikatlah ilmu dengan menulis. Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Taufiqur Rohman MPdI saat mengisi tausiyah Pengajian Ahad Pagi (PAP) Khairu Ummah di Masjid Besar KH Ahmad Dahlan Banyuwangi, Ahad (12/11/2023).
Di awal ceramahnya Taufiqur Rohman mengajak jamaah untuk mensyukuri nikmat waktu. “Mari kita bersyukur masih diberi kesempatan untuk bertemu di masjid yang indah ini untuk menuntut ilmu,” ujarnya.
Menurutnya kualitas ibadah seorang muslim tergantung dari kualitas keilmuannya. Dan Allah hanya akan menerima ibadah seseorang yang didasari dengan ilmu.
Selanjutnya dia menjelaskan, sebenarnya sudah banyak motivasi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW agar seorang muslim gemar menuntut ilmu. Meskipun realitasnya sebagian orang masih belum tergerak hatinya.
Untuk itu, lanjutnya, mengambil contoh dari hadist nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Di hadits tersebut setidaknya ada beberapa manfaat yang diperoleh, ketika seseorang datang ke majelis ilmu. Yaitu sakinah (ketentraman), rahmat, dinaungi malaikat, dan namanya sering disebut oleh Allah.
“Maka Bapak dan Ibu, jika namanya ingin viral, sering-seringlah mendatangi pengajian,” ulasnya.
Memasuki inti ceramahnya ustadz Taufiq mengutip ayat al-Quran Surat al-Mujadilah ayat 11. Menurut dia ayat tersebut dalam konteks majelis ilmu. Allah menyuruh orang-orang yang beriman untuk berlapang-lapang dalam majelis, alias menjaga adab.
Oleh karena itu, lanjutnya, adab menjadi hal penting agar ilmu mudah lekat pada diri seorang muslim. Berikutnya dia menuturkan, jangan sampai seseorang merasa telah berilmu, meskipun dia memiliki ilmu. Karena itu akan membuatnya jauh dari keberkahan ilmu.
“Tapi, mulailah dari nol saat ingin mendapatkan ilmu,” candanya meminjam istilah pegawai Pom pertamina.
Hasad (iri) terhadap orang yang berilmu juga ditekankan ustadz Taufiq bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu. Hal itu akan memotivasinya untuk lebih giat meraihnya. Setelah itu dia mengajak jamaah untuk bertanya pada orang yang berilmu, jika tidak memahami sesuatu. Jangan sampai mencari jawaban kepada orang yang tidak berilmu, karena itu justru membuat keadaan menjadi kacau.
Di samping itu dia menuturkan seorang muslim untuk selalu berdoa supaya diberikan ilmu yang bermanfaat. Dan satu lagi aktivitas yang harus dilakukan agar ilmu itu tidak hilang, yaitu dengan menulis.
“Qayyidul ilma bil kitab (ikatlah ilmu dengan menulis),” tandasnya.
Dengan menulis, ilmu akan tetap hidup dan bermanfaat bagi pembacanya, meskipun jasad penulisnya telah tiada. Tidak boleh lagi seorang muslim beralasan tidak ada waktu untuk menulis.
“Kita belajar dari Buya Hamka, meskipun dirinya berada di dalam lapas, namun dia mampu menulis tafsir Al-Azhar hingga tamat. Sehingga karyanya dapat kita baca sampai sekarang,” ulasnya.
Pengajian yang berlangsung selama satu jam ini berlangsung dengan tertib. Setelah itu jamaah PAP menuju halaman depan masjid untuk sarapan pagi soto ayam. Dan disediakan juga pelayanan kesehatan gratis kerjasama panitia PAP dengan Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Puskesmas Sobo Banyuwangi. (*)
Penulis Ghulam Bana Islama. Editor Ichwan Arif.