PWMU.CO – Cendekiawan AS (Amerika Serikat) Ovamir Anjum mengaku kagum dengan Muhammadiyah dan kehidupan umat Islam Indonesia.
Pengakuan itu dia sampaikan dalam kuliah umum di acara Konferensi Mufasir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Ahad (12/11/2023) bakda Subuh.
Ovamir Anjum yang berdarah Pakisatan ini tertarik dengan ekspresi keislaman Muhammadiyah dan Indonesia secara umum.
”Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri, berkah yang begitu besar, dan saya melihat bahwa orang-orang beralih kepada Allah swt, baik ketika mereka pergi ke jalanan atau ke pusat perbelanjaan, di mana pun Anda melihat orang-orang sedang ibadah, mengenakan hijab, semua ini berkah yang Allah berikan,” ucap Ovamir seperti ditulis muhammadiyah.or.id.
Sebagai tamu yang diberikan kehormatan untuk menyampaikan ilmu, Ovamir Anjum dengan rendah hati justru ingin belajar kepada para mufasir Muhammadiyah.
”Saya ingin memberikan beberapa pengingat tentang al-Quran, tetapi saya ingin mengakui bahwa saya berbicara sebagai murid Anda daripada sebagai seorang pengajar, karena saya diberitahu bahwa Anda semua adalah para (peserta konferensi) mufasir al-Quran,” tuturnya.
Cendekiawan AS kelahiran tahun 1974 (47 tahun) ini menceritakan latar belakangnya sebagai seorang keturunan Pakistan yang kini menetap selama 30 tahun di Amerika Serikat.
Peneliti Yaqeen Institute dan pengajar Studi Islam di Universitas Toledo, Ohio, ini membeberkan fakta populasi umat Islam di Amerika Serikat terus berkembang dari tahun ke tahun. Di antara mereka banyak yang tertarik belajar Islam dan bahasa Arab.
Menurut Ovamir, membaca al-Quran bukanlah tujuan akhir. Al-Quran bukan sekadar buku yang diagungkan karena keindahannya atau dibaca untuk mendapatkan berkah.
”Kitab suci ini adalah buku panduan yang membutuhkan partisipasi aktif, pemecahan masalah, dan implementasi dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Dengan merangkul pendekatan praktis dan aktif, kata dia, al-Quran dapat dijadikan petunjuk untuk menghadapi permasalahan dunia nyata dengan bijak.
Dia sebutkan surat al-Baqarah. Surah ini memiliki dua bagian utama yang saling melengkapi. Bagian pertama, fokus pada cerita Bani Israel. Bagian kedua memberikan panduan hukum dan petunjuk khusus untuk umat Islam.
”Pada bagian kedua ini Allah swt menguraikan prinsip-prinsip utama hukum Islam, mencakup lima pilar Islam, jihad, hukum pernikahan dan perceraian, serta hal-hal lainnya,” tandas Ovamir Anjum.
Di akhir ceramahnya, Ovamir dengan tulus mengatakan rasa syukurnya karena telah berjumpa dengan para mufasir Muhammadiyah.
“Saya sangat bersyukur berbicara di hadapan Jam’iyah Muhammadiyah yang diberkahi ini, saya sangat senang dengan apa yang telah saya pelajari dan yang lainnya tentang Islam dan Indonesia, terutama Muhammadiyah,” ucapnya.
Ovamir Anjum juga menyoroti kenikmatan yang dirasakan oleh umat Islam di Indonesia. Banyak hal yang telah dicapai, kedamaian yang dimiliki, keadilan yang dijaga, serta adanya perlindungan yang luas, merupakan nikmat-nikmat yang tidak dimiliki oleh banyak saudara muslim di seluruh dunia.
Oleh karena itu, Ovamir mendorong agar kenikmatan tersebut tidak hanya disimpan bagi diri sendiri, melainkan dibagikan kepada dunia.
Ovamir mengajak Muhammadiyah untuk tetap terhubung dan tidak melupakan saudara seiman yang menghadapi kesulitan di seluruh dunia.
“Dan ingatlah kita tidak bisa meninggalkan atau melupakan muslim di Gaza atau di India yang menghadapi genosida, atau di Bohemia atau di tempat lain, karena itu adalah petunjuk dari Nabi Muhammad dan perjanjian yang Allah berikan kepada kita bahwa kita seperti satu tubuh,” tuturnya.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw yang mengajarkan kita bahwa umat ini seperti satu tubuh. Jika satu bagian merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya.
Oleh karena itu, umat Islam diingatkan untuk tidak hanya memikirkan kepentingan lokal atau nasional, tetapi juga melibatkan diri dalam perhatian dan tindakan nyata untuk kesejahteraan umat Islam di seluruh dunia.
Editor Sugeng Purwanto