Pengendali Hubungan
Sebagai warga Muhammadiyah penting untuk mengikuti sunah Rasulullah dan sahabat dalam bermuamalah dengan umat Yahudi. Sirah nabawiyah mengisahkan beragam hubungan muamalah dengan Yahudi dalam bidang sosial, politik, ekonomi ,sampai perang.
Bidang politik diatur dengan Piagam Madinah, perilaku sosial Rasulullah antara lain menyuapi orang Yahudi yang miskin dan buta. Dalam ekonomi tidak jarang Rasulullah dan sahabat bertransaksi dengan kaum Yahudi Madinah.
Tetapi yang penting untuk dicatat adalah posisi Rasulullah dan sahabat sebagai pengendali, bukan didikte kaum Yahudi dalam bidang ekonomi. Pembangunan pasar-pasar untuk semua kalangan terpisah dari pasar kaum Yahudi yang sering mempraktikkan maisyr, gharar, riba, dan sebagainya.
Keberhasilan sahabat Utsman bin Affan mengambil alih sumur yahudi salah satu bukti kecerdasan sahabat menghadapi tipu muslihat bisnis Yahudi. Paling heroik adalah Perang Khaibar yaitu pengusiran terhadap “oknum-oknum” Yahudi yang melanggar Piagam Madinah.
Akhlak dan kecerdasan Rasulullah bersama sahabat tampak dalam perang dan sesudah perang. Tidak melukai wanita dan anak-anak hingga salah seorang wanita Yahudi bersedia menjadi istri Rasulullah. Dalam perekonomian, kaum muslimin sebagai ghanimah atau pampasan perang berhak atas kebun-kebun yang ditinggalkan pihak kalah perang.
Akhlak dan kecerdasan ekonomi kaum muslimin yang patut diteladani yaitu memperbolehkan kaum Yahudi kembali bekerja di kebun-kebun yang telah beralih kepemilikan pada kaum Muslimin. Orang-orang Yahudi tidak kehilangan pekerjaan setelah kalah perang, tetapi keuntungan usaha masuk baitul maal umat Islam sebagai pemilik, shahibul maal atau investor pengendali dalam bisnis modern.
Boikot dengan niat membangun kemandirian ekonomi umat insyaallah lebih berkemajuan dan berkelanjutan, bukan musiman ketika Gaza diserang zionis saja. Wallahualambishawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni