Pesan dari Guinea
Lihat, kisah tragis Alpha Conde. Dia lahir pada 4 Maret 1938 di Boke, Guinea. Dia politikus, juga seorang profesor ilmu politik di Universitas Paris. Setelah memenangi pemilu pada 2010, dia diharapkan bisa menciptakan kestabilan di Guinea, di mana korupsi telah merajalela selama puluhan tahun.
Dalam perkembangannya, kepresidenan Alpha Conde justru memperburuk kemiskinan, padahal kekayaan mineral mereka sangat besar. Dia juga dirasakan hanyut ke dalam otoritarianisme.
Ketegangan memuncak pada 2020. Ketika itu Alpha Conde mendorong amandemen konstitusi yang memungkinkan dirinya mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan ketiga. Dengan pengubahan itu dia maju lagi dalam Pemilu 2020 dan memenangkannya. Kemenangan ini kontroversial karena berdasar perubahan konstitusi yang memungkinkan Alpha Conde menghindari batas dua masa jabatan presiden di negara itu.
Singkat kisah, Presiden Guinea Alpha Conde tumbang dikudeta pada 5 September 2021. Kudeta dilakukan karena menguatnya rasa frustrasi akibat kemiskinan dan korupsi yang meluas di salah satu negara di Afrika Barat itu. Juga, karena ketidakpuasan terhadap terpilihnya kembali Alpha Conde untuk jabatan ketiga, satu hal yang bisa terjadi karena amandemen konstitusi sebelumnya.
Mesir, Tunisia, Indonesia
Pada 2011 warga Mesir berdemonstrasi menentang Presiden Hosni Mubarak. Gelombang ketidakpercayaan–untuk tak menyebut kemarahan-ditujukan kepada Mubarak yang telah memerintah 30 tahun. Disebut-sebut, di bawah rezimnya terjadi kemiskinan, pengangguran, penindasan, dan korupsi merajalela.
Mubarak mengundurkan diri pada 11/02/2011 menyusul demonstrasi besar-besaran di 18 hari sebelumnya. Kemudian, pada 02/06/2012 dia divonis penjara seumur hidup.
Di Tunisia rezim Ben Ali berakhir pada 15/01/2011. Penggulingan rezim yang telah berkuasa 23 tahun itu berlangsung cepat. Faktor pemicu gelombang gerakan sosial waktu itu adalah ketidakpuasan publik atas praktik tata-kelola pemerintahan yang tak bersih dan berujung kepada maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Bagaimana di Indonesia? Silakan diingat-ingat, bagaimana dan karena apa Soekarno dan Soeharto jatuh dari kekuasaannya?
Wahai para penguasa, jangan lupakan sejarah! Jangan khianati rakyat. Ingatlah, kekuasaan itu amanah yang harus ditunaikan. Sungguh, semua penyalahgunaan kekuasaan akan mendekatkan kepada kehinaan di dunia dan akan mendapat balasan yang tak tertanggungkan kelak di akhirat.
Duhai, agar tak menjadi penguasa yang dikasihani karena kekuasaannya berakhir tragis, banyaklah “piknik”! Ambil pelajaran dari berbagai peristiwa di dunia ini. Jangan menjadi si pelupa! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post