PWMU.CO – Bangsa Israel menurut al-Quran dikupas oleh cendekiawan muslim AS Ovamir Anjum dalam acara Konferensi Mufasir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Ahad (12/11/2023) bakda Subuh.
Muhammadiyah.or.id melaporkan, hadir di konferensi ini para mufasir Muhammadiyah dari seluruh Indonesia.
Ovamir Anjum mengatakan, surat al-Baqarah memiliki dua bagian utama yang saling melengkapi. Bagian pertama, berfokus pada cerita Bani Israel.
Bagian kedua, memberikan panduan hukum dan petunjuk khusus untuk umat Islam. Pada bagian kedua ini Allah swt menguraikan prinsip-prinsip utama hukum Islam, mencakup lima pilar Islam, jihad, hukum pernikahan dan perceraian, serta hal-hal lainnya.
Lantas cendekiawan kelahiran Pakistan ini menjelaskan penggalan al-Baqarah ayat 84-85 yang membicarakan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel.
Salah satu perjanjian yang ditekankan oleh Allah adalah agar bangsa Israel tidak membunuh sesama dan tidak mengusir satu sama lain.
Ketika al-Quran membicarakan Bani Israel, hal tersebut tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan.
Ovamir mengatakan, kejadian di masa lalu memiliki kemiripan dengan hari ini. Berdasarkan uraian para mufasir terhadap al-Baqarah ayat 84-85, sebelum Rasulullah saw datang ke kota Madinah, ada tiga suku Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraidhah, yang tinggal bersama dua suku Arab, yaitu Aus dan Khazraj. Dua suku ini sering berperang dan masing-masing beraliansi dengan suku Yahudi untuk mendukungnya.
”Suku-suku Yahudi ini tidak hanya menghasut dan membiayai perang, tetapi juga mendapatkan keuntungan darinya, bahkan mereka aktif terlibat dalam peperangan,” ujar pengajar Studi Islam di Universitas Toledo Ohio ini.
Menurut Ovamir, Allah swt menegur tiga suku Yahudi tersebut karena bertentangan dengan prinsip-prinsip iman yang mereka anut.
Meskipun mereka mengakui Allah dan mengikuti ajaran Nabi Musa serta para Nabi lainnya, namun kenyataannya mereka terlibat dalam perselisihan dan perang, bahkan melibatkan diri dalam aliansi yang bertentangan dengan nilai-nilai keimanan.
Allah swt menunjukkan, mereka memilih untuk mempercayai sebagian kitab Allah (Taurat) dan menolak sebagian lainnya.
Ovamir anjum mengaitkan situasi tersebut dengan kondisi umat Islam saat ini. Dia menyoroti bahwa umat Islam dapat tergoda untuk mengikuti jejak umat sebelumnya yang telah mendapat peringatan keras dari Allah.
Namun, dia optimistis umat Islam saat ini tidak akan mudah terjerumus dalam kezaliman. ”Jadi saya harus mengatakan bahwa umat ini yang kita miliki memiliki mesin. Mesin dari umat ini adalah cinta kepada Allah,” ucapnya.
Editor Sugeng Purwanto