PWMU.CO – Cara Muhasabah Diri tema khutbah Jumat di Masjid Ad-Dakwah SMA Muhammadiyah 4 Sidayu (Smamsi) Gresik Jawa Timur, Jumat (17/11/23).
Dalam khutbahnya Muh Ar-Rafi mengatakan penting sekali kita muhasabah diri atau mengoreksi diri. Muhasabah adalah melihat pada amalan yang telah dilakukan oleh jiwa, lalu mengoreksi kesalahan yang dilakukan dan menggantinya dengan amalan shalih.
Kita yakin, kita semua penuh kekurangan, entah masih terus menerus dalam bermaksiat, kurang dalam ketaatan bahkan kadang bermudah-mudahan meninggalkan kewajiban.
Firman Allah dalam surat QS. Al-Hasyr ayat18 yang artinya, Seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada-Nya.
Manfaat Muhasabah Diri
Muh Ar-Rafi menjelaskan, apa Manfaat Muhasabah diri? Manfaat muhasabah diri, antara lain pertama, Meringankan hisab pada hari kiamat. Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah) (QS. al-Haqqah ayat 18),” katanya.
Az-Zuhud li Ibnil Mubarak, hlm. 306. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm 371, Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullahmengatakan, “Mukmin itu yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak.”
Kedua, terus bisa berada dalam petunjuk. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Baidhawi rahimahullah dalam tafsirnya bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin mengoreksi amalan-amalan yang telah dia lakukan. (Tafsir Al-Baidhawi, 1:131-132. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm 372.)
Ketiga, mengobati hati yang sakit. Karena hati yang sakit tidaklah mungkin hilang dan sembuh melainkan dengan muhasabah diri.
Keempat, Selalu menganggap diri penuh kekurangan dan tidak tertipu dengan amal yang telah dilakukan. Kelima, Membuat diri tidak takabbur (sombong). “Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs, hlm. 37. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 373.)
Keenam, seseorang akan memanfaatkan waktu dengan baik. Dalam Tabyin Kadzbi Al-Muftari(hlm. 263), Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang Al-Faqih Salim bin Ayyub Ar-Razi rahimahullah bahwa ia terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap nafasnya. Ia tidak pernah membiarkan waktu tanpa faedah. Kalau kita menemuinya pasti waktu Salim Ar-Razi diisi dengan menyalin, belajar atau membaca.
Dia menambahkan ada contoh para salaf dahulu yang bermuhasabah diri, diantaranya, Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah menghukumi dirinya dengan mengeluarkan sedekah berupa tanah yang harganya 200.000 dirham karena luput dari shalat ‘Ashar secara berjamaah.
Lihatlah bagaimana Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah suatu kali luput dari shalat berjamaah, ia malah mengganti dengan menghidupkan malam seluruhnya. Ibnu Abi Rabi’ah rahimahullah pernah luput dari dua raka’at shalat Sunnah Fajar, untuk tebusannya, ia membebaskan seorang budak.
Ibnu ‘Aun rahimahullah pernah melakukan kesalahan, ketika ibunya memanggilnya, ia malah menjawab dengan suara keras. Ia pun akhirnya membebaskan dua orang budak.
Untuk iut, ajaknya, marilah kita senantiasa mengoreksi diri (bermuhasabah) dan terus meminta tolong kepada Allah agar dimudahkan dalam ibadah.
Jangan lupa, perbanyak shalawat pada Nabi kita Muhammad. Siapa yang bershalawat pada Nabi sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali. “Juga tak lupa nantinya kita berdoa pada Allah di hari penuh berkah ini,” ajaknya lagi.
Semoga, harapnya, Allah merahmati seorang hamba yang terus mengoreksi dirinya sebelum datang malaikat maut menjemputnya. Dan semoga doa-doa kita diperkenankan oleh Allah SWT. (*)
Penulis Chilmiyati. Editor Ichwan Arif.