PWMU.CO – Gelak tawa tak henti-hentinya ketika 1.500 jamaah Persatuan Haji RSI Aisyiyah (Perharsia) Malang mengikuti acara Halal bi Halal dan Silaturrahim Akbar di Gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang, Ahad (16/7).
Pasalanya, Ustadz Syamsul Arifin Nababan—Pimpinan Pondok Pesantren Muallaf Annaba Center Jakarta—yang memberikan materi tausiyah pada acara tersebut berkali-kali mengeluarkan joke segar yang membuat hadirin ngakak pol.
(Baca: Halal bi Halal kok Pakai Celana, Sarungan Dong!)
“Saya dengar tahun kemarin jamaah ini mengundang Ustadz Fadlan Garamatan. Sekarang mengundang saya. Rupanya jamaah ini suka dengan yang mantan-mantan kafir ya,” kelakarnya yang langsung disambut gerrr hadirin.
Saat memperkenalkan diri, Nababan pun berhasil membuat hadirin tertawa. “Nama kecil saya Bernard Nababan. Itu ayah saya yang memberi nama tanpa kompromi dulu sama saya,” guraunya. Dia melanjutkan, “Pada tahun 1991, saat umur 25, saya baru ganti nama setelah ganti iman. Saya dari kampung TOBA, tempat orang Batak asli,” kata dia yang lagi-lagi disambut gerrr hadirin.
(Baca juga: Khatib Jumat yang Ber-HP dan Lempar Humor)
Menurutnya, setelah ganti nama—maksudnya masuk Islam—ia mendapat banyak berkah. “Saya bisa keliling dunia untuk berdakwah. Dan itu semua setelah saya belajar dengan sangat serius tentang perbandingan agama,” papar dia.
Nababan juga berhasil memancing tawa hadirin ketika mengkritik acara yang bernama “halal bi halal”. Nababan mengatakan bahwa hal itu merupakan tradisi muslim Indonesia. “Dan ini menunjukkan bahwa Islam di Indonesia itu sangat inovatif. Bayangkan buat istilah Arab tapi orang Arab sendiri gak tahu artinya. Ini luar biasa,” jelasnya berseloroh.
Soal “inovasi” orang Indonesia, dia berkisah tentang kejadian lucu di Pasar Seng Mekkah. Waktu itu, ujarnya, ada gamis dipajang. Seorang jamaah haji Indonesia bertanya, “Berapa harganya?” Pedagang menjawab “60 Real.” Orang Indonesia itu menawar 40 Real, juga gak boleh. Akhirnya jamaah haji itu dengan bahasa Arab menggunakan jurus terakhir, “Hada malabis kam maut (berapa harga matinya)?” Penjual itu pun menjawab, “Di sini yang mati tidak dijual.” Kontan, cerita Nababan itu membuat hadirin terpingkal-pingkal.
(Baca juga: Seloroh Din Syamsuddin pada KH Hasyim Muzadi yang Sering Mengisi Pengajian Muhammadiyah)
Bukan hanya itu. Cerita Nababan di Amerika juga mengundang tawa. Dia menceritakan bahwa saat di Amerika, dia tidak pernah langsung lolos (imigrasi). “Saya tidak pernah langsung lolos saat pemeriksaan (imigrasi) di Amerika. Padahal semuanya lengkap. Ternyata setelah saya tanya, kenapa saya selalu diamankan dulu. Jawabannya hanya satu: karena saya punya jenggot,” cerita dia.
Ternyata, kata Nababan, Amerika Serikat, negara yang super power itu, takut jenggot. Hadirin pun kembali gerrr. (Uzlifah)